Yang lebih berhak
Ketika Nabi Muhammad Rasulullah saw mengomentari wahyu Allah tentang Nabi Ibrahim as brtanyaa kepada Allah, bagaimana cara Allah menghidupkan orang yang telah mati, Allah bertanya “Apakah engkau tidak percaya?”, Nabi Ibrahim as menjawab “Hanya untuk lebih tenteram hatiku” (QS 2:260), beliau berkata “Kita lebih berhak ada keraguan daripada Ibrahim, ketika beliau bertanya “Bagaimana cara Engkau menghidupkan orang mati”. (Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk XXVIII, 1982:165-166).
Dengan mengacu pada komentar Rasulullah saw tersebut, maka ketika menyimak firman Allah tentang Nabi Musa as bermunajat kepadqa Allah meminta agar Allah menampakkan diriNya, supaya ia dapat melihat Allah (QS 7:143), barangkali “kita lebih berhak mengajukan permohonan seperti itu”.
Juga dengan mengacu pada komentar Rasulullah aw tersebut, maka ketika menyimak firman Allah tentang Nabi Isa as bermunajat kepada Allah meminta agar Allah menurunkan hidangan dari langit (QS 5:114), barangkali kita lebih berhak mengajukan permohonan seperti itu pula”.
Pun juga dengan mengacu pada komentar Rasulullah saw tersebut, maka ketika menyimak firman Allah tentang kepemurahan Allah, memperkenankan permintaan (QS 4:60), barangkali “kita lebih berhak meminta kepada Allah memperlihatkan kepemurahanNya mengabulkan permintaan”.
Dengan mengacu pada komunikasi antara manusia (operator) dengan komputer, maka ketika meminta (memberikan instruksi), haruslah permintaan (instruksi) dan cara mengajukan permintaan (memberikan instruksi) yang dimengerti oleh komputer (yang sesuai dengan formatnya).
1