Semuanya tergantung pada Allah

Semuanya tergantung pada Allah

Digantungkan atau tidak kepada Allah, namun semuanya tergantung pada idzin, iradah, kehendak Allah. “Tak ada daya dan tak ada kekuatan, kecuali dengan idzin Allah swt”.

Digantungkan atau tidak, namun rezeki itu tergantung pada kehendak Allah. “Dan tidak ada suatu makhluk bernyawa pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezkinya” QS 11:6). “Allah meluaskan rezki dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendakiNya” (QS 13:26). Sebagian besar rezki itu merupakan hasil usaha, berhubungan mata usaha, mata pencaharian, mata penghidupan. memperoleh mata penghidupan atau kehilangan mata penghidupan tergantung pada iradah, kehendak, ketentuan, takdir Allah.

Dari yang terlihat dari kasat mata, tak ada hubungan, kaitan antara rezki, mata penghidupan dengan ketaatan, kepatuhan, ketundukan kepada Allah. Namun dari terjemahan ayat QS 20:124 secara eksplisit diungkapkan bahwa kondisi kehidupan itu terkait dengan ketaatan, kepatuhan, ketundukan kepada Allah. “Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu (kata Allah), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit” (QS 20:124). Ataukah “ma’isyatan dhanka” dalam ayat tersebut berarti “kehidupan sempit di neraka kelak”, dan bukan “kehidupan sempit di dunia kini”. Dalam ayat QS 20:100 disebutkan bahwa “Barangsiapa berpaling dari AlQur:an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat”. Para ulama memahami bahwa “kehidupan sempit” itu brhubungan, berkaitan dengan perasaan jiwa. Jiwa merasa sulit, sukar, sempit, tak pernah cukup, selalu berkekurangan, meskipun harta melimpah ruah (Simak antara lain Prof Dr Hamka : “Tafsir AlAzhar”, juzuk XVI, 1999:239, tafsir QS 20:24). Wallahu a’lam. 1

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Leave a comment