Category Archives: Pendidikan

Mengenai masalah Pendidikan

Pendidikan agama Islam di sisi lain

Pendidikan agama Islam di sisi lain

Berpijak pada paedagogik, pendidikan agama Islam tidak sama dengan pengajaran agama Islam. Pendidikan agama Islam terbatas hanya semata-mata untuk mendidik anak-anak Islam, bukan anak-anak sembarang. Anak-anak bukan Islam tidak dituntut untuk mengikuti Pendidikana Agama Islam (PAI). Pendidikan agama Islam melalui semua bidang studi, semua bidang kegiatan, intra maupun extra kurikuler.

Pengajaran agama Islam hanya terbatas pada satu bidang studi Ke-Islaman (Pelajaran agama). Semua anak didik, baik Islam maupun bukan bisa saja mengikuti Pengajaran agama Islam, tidak terbatas semata-mata untuk anak-anak Islam.

Semua bidang studi dan semua bidang kegiatan merupakan wadah sarana untuk menyemaikan benih ruh Islam, ruh Tauhid, ruh Jihad, ruh Madaniah, untuk menaburkan, menebarkan pola pikir Islam, pola Moral Islam, ringkasnya untuk mentransfer IPOLEKSOSBUDHANKAMTIB Islami secara integrated (kaffah), tak ada yang terlepas dari semangat Islam.

Islam disemaikan keseluruh bidang studi, ke seluruh bidang kegiatan, tanpa kecuali. Anak didik dididik untuk mengikuti shalat jama’ah fardhu, melaksanakan shaum Ramadhan. Pelaksanaan wudhuk anak didik dikotrol secara tgeratur. Anak didik dididik menggunakan busana yang mengikuti tuntunan Islam, mengikuti kepramukaan yang mengacu pada Islam.

Anak didik dididik mengikuti kegiatan olahraga yang memantulkan ruh jihad, bukan semata-mata untuk pembinaan kesehatan fisik, apalagi untuk pamer kebolehan prestasi pada lomba. Kesehatan fisik dapat dibina melalui puasa. Perlombaan untuk membangkitkan ruh jihad, bukan untuk merebut prestasi duniawi.

Anak didik dididik mengikuti kesenian yang mengacu pada Islam, bukan semata-mata untuk bersantai-santai. Islam tak mengenal l’art pur l’art. Menghibur diri dapat melalui shalat. Kesenangan dapat diperoleh dalam shalat.

Seluruh bidang studi dan kegiatan hendaknya dibersihkan dari hal-hal yang menyalahi Islam. Teori rente (dalam bidang studi Matematika dan Ekonomi0), teori generatio spontanea (dalam bidang studi Bilogi), teori relativitas (dalam bidang studi Fisika Kwantum) misalnya perlu dikonfrontir dengan Islam tentang ke validitasnya.

Malapetaka yang menimpa umat Islam dewasa ini bermula dari polah tingkah umat Islam itu sendiri. Umat Islam harus berani jujur mengakui kekeliruan sendiri tanpa mengkambing-hitamkan yang di luar Islam. Semua ini dalam rangka mengaca diri sendiri, menuding diri sendiri, bukan pihak lain. Nilailah diri sendiri sebelum pihak lain sempat menilai. L’histoire repite. Sejarah berulang. Apakah sejarah akan mengulas melindas gilas ? Marilah bertanya pada sejarah. Wal’ashri.

Semula umat Islam sepakat meletakkan landasan Indonesia Merdeka berdasarkan ke-Tuhanan dengan kewajiban melaksanakan syari’at Islam bagi pemeluknya. Serta merta dengan dalih tasamuh (toleransi), kesepakatan itu dicabut, bukan karena darurat (terpaksa), tetapi semataa-mata mabuk tergodaa akan sanjungan keagungan toleransi Islam.

Umat Islam tidak istiqamah (tidak konsiten), tidaka tahu mensyukuri nikmat kesepakatan. Faidza farghta fanshab. Meskipun sudah jauh terlambat, umat Islam kemudian berusaha meralatnya untuk mengembalikan kesepakatan tersebut, tetapi apalah artinya. Jatuh pada lobang pertama, menyusul jatuh pada lobang-lobang berikutnya. Selalu jatuh ketipma tangga. Untuk menghibur diri, tak apalah terlambat dari pada tak ada sama sekali. Sayang terlambatnya sudah sedemikian jauh.

Semula umat Islam berangkat dari nasionalisme ummatan wahidah, bukan nasionalisme “ashabiyah. Tapi belakangan umat Islam sudah nyenyak terlena dalam sangkar nasionalisme ‘ashabiyah. Sudah beberapa kali pemuka-pemuka Islam diberikan kesempatan oleh Allah untuk memegang tampuk pimpinan, tetapi tak mampu meralat salah langkah. Dengan tangan-tangan umat Islam sendiri, Islam itu diasingkan dari umat Islam itu.

Budaya takbur melanda dunia dewasa ini. Umat Islam tak luput dari budaya takbur itu. Yang berkuasa tak mengindahkan suara yang dikuasai, apalagi bila yang dikuasai itu tak disenangi. Sudah beberapa kali pemuka-pemuka Islam menyampaikan suaranya tapi tak pernaha digubris oleh yang berkuasa. Yang Mulia tak mengacuhkan yang tak terkenal, apalagi yang tak dikenal. Sudah berapa banyak suara umat baik dalam tatap muka, dalam surat tertutup, dalam surat terbuka yang diacuhkan. Sudahkan dijawab salam umat baik lisan maupun tulisan ?

Suasana budaya takbur mengencangkan belenggu kungkungan, yang menampakkan gejala kebangkitan neo-feodalisme. Manusia dibeda-bedakan tingkat ranking kelasnya. Lapisan bawah cepat dipensiunkan. Lapisan tengah, batas usia pensiunnya lebih panjang. Lapisan atas berbahagia menikmati batas usia pensiun terpanjang. Lapisan bawah tak mampu berbuat apa-apa,cukup nrimo. Lapisan bawah sekedar umpan peluru. Peraturan tentang batas usia pensiun hanya menguntungkan lapisan atas, pengambil keputusan. Lapisan bawah tinggal terima jadi. Apa salahnya bila batas usia untuk pensiun ditetapkan sama (tidak dibeda-bedakan) mulai dari bawah sampai atas ?

Pemuka-pemuka Islam ahli pendidikan dinantikan mengemukakan amandemen, bandingan terhadap undang-undang pendidikan. Pasal-pasal mana yang tak perlu, yang harus dihapuskan. Pasal-pasal mana yang perlu ditambahakana. Pasal-pasal mana yang perlu dirubah, direvisi, diperbarui, diperbaiki. Bagaimana seharusnya bunyi rumusan redaksional dari pasal yang diperbaiki itu. Seyogianya umat Islam mengarahkan perhatian kesini, meninggaalkan membicarakan hal-hal yang tak menguntungkan bagi keselamatan kesaatuan umat. Suara-suara umat hendaknya dimonitor, dipantau, diperhatikan bagaimana pun remehnya, baik yang langsung face to face, maupun yang tak langsung yang tersebar dalam media massa. Pemain belakang mengoper bola ke pemain tengah, pemain tengah mengoper ke pemain depan, pemain depan menyarangkan ke gawang. Tak ada yang terbuang. Tak ada yang diremehkan.

# Terpesona akan keunggulan kemajuan sains dan teknologi Barat, umat Islam mengoper bidang studi keilmuan tanpa melakukan amandemen, perubahan, perbaikan, tanpa membersihkannya dari yang tak Islami, tanpa mengisinya dengan ruh iIslam.

# Pendidikan agama Islam berusaha menggerakkan kesadaran beragama dan kesadaran beramal anak didik agar : Beriman teguh (bertakwa). Berakhlak tinggi (berbudi luhur). Berpengetahuan luas (berkecerdasan tinggi). Berkemampuan (berketerampilan tinggi0). Berkehidupan baik. Kuat beribadah. Giat beramar makruf, nahi munkar. Giat beramal tolong menolong.

# Upaya menyingkirkan bidang studi Islam dari kurikulum umum tak pernah berhenti.

# Guru-guru Muslim dan penulis-penulis buku pelajaran sekolah (SD-SLTP-SMU) diharapkan kiranya dapat memanfa’atkan bidang studi sebagai wadah, srana bagi penyampaian pesan ajaran Islam.

# Kendala yang mengungkung berupa target kurikulum (garis besar pelajaran – sitim pendidikan nasional).

# Dibuhkan kemantapan tekad untuk membebaskan diri dari lilitan kungkungan terseut.

# Nabi Musa ditugaskan membebaskan Bani Israil. Nabi Musa mempertanyakan apakah memperbudah manusia (Bani Israil) itu merupakan jasa baik (nikmat) penguasa ? (QS Syu’ara 26;17-22).

# Sanusi Pane meradang, bukan beta budak negeri mesti menurut undangan mair.

# Bila sampai waktunya, Chairil Anwar mau bebas, tak mau terikat oleh rayuan tradisi.

# IPA kiranya dapat dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang terkandung dalam kitab tauhid.

# IPS kiranya dapat dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang terkandung dalam kitab akhlak.

# PKK, Orkes, Matematika, Linguistik kiranya dapat dimanfa’atkan sebagai wadah, sarana penyampaian pesan ajaran Islam yang tersimpan dalam kitab kuning.

# Akhlak Islam berasal dari tuntunan Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw mengenai sopan santun di segala lapangan (IPOLEKSOSBUDHANKAMTIB).

# Untuk sementara sebaiknya perguruan Islam menyisipkan bidang Sejarah Perkembangan Sains dan Teknologi, Qur:an, Sains dan Teknologi, Falsafah Pendidikan Islam sebagai extra kurikuler.

Materi Sejarah Perkembangan Sains dan Teknologi seperti termaktub dalam buku A History of Invention, karangan Egon Larsen yang diterjemahkan oleh Mohammad Ridwan dkk, terbitan Djambata, Jakarta, 1981.

Materi Qur:an, Sains dan Teknologi seperti termaktub dalam buku Al-Qur:an wal “Ulumul “Ashriyah, karangan Prof Dr Syaikh Thanthawi Jauhari yang diterjemahkan oleh Drs Muhammadiyah Ja’far, terbitan al-Ikhlas, Surabaya, 1984.

Materi Falsafah Pendidikan Islam seperti termaktub dalam buku Falsafat Tarbiyah al-Islamiyah, karangan Prof Dr Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany yang diterjemahkan oleh Dr Hasan Langgulung, terbitan Bulan Bintang, Jakarta, 1983

# Sebagai bahan rujukan barangkali dapat digunakan karya-karya tentang Sains dan Teknologi sejenis karya Ustadz Thanthawi Jauhari, Dr Maurice Bucaile.

Demikian diantara suara umat, suara hati ke hati, yang sempat direkam.

Munculnya paham aliran yang menyimpang dalam Islam

Munculnya paham aliran yang menyimpang dalam Islam

Terdapat hadis yang menyatakan bahwa umat Islam tidak akan pernah
tersesat selama ia berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi
(1).

Terdapat hadis yang menyatakan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi
tujuh puluh tiga golongan, hanya satu golongan yang selamat (2). Hadis
ini masih diperselisihkan tentang kesahihannya, jadi bersifat zhanni
(nisbi), bukan qath’I (mutlak) (3).

Sejak dari timbul fitnah (kisruh) di akhir masa pemerintahan ‘Utsman
bin ‘Affan ra, umat Islam pecah menjadi berbagai firqah, kelompok,
golongan. Golongan Syi’ah sebagai pendukung ‘Ali bin Abi Thalib.
Golongan Khawarij sebagai penantang ‘Ali dan Mu’awiyah. Golongan
Jumhur (Sunni ?) sebagai pendukung pengasa. Timbullah pemalsuan hadits
karena berbagai alasan, motif. Antara lain karena alasan politik
(siasah), karena anti Islam yang terpendam (zanadaqah), karena fanatik
(‘ashabiyah), karena gemar mendongeng (qushshah), karena perbedaan
penapat/pandangan, karena kesalahan pendapat/pandangan (logika yang
keliru), karena menjilat penguasa (M Hasbi AshShidieqy : “Sejarah dan
Pengantr Ilmu Hadits, Bulan Bintang, Djakarta, 1953).

Timbulnya perpecahan, fiqah, kelompok, golongan, aliran paham sesat
dalam Islam semata-mta karena tak sepenuhnya berpegang pada Quran dan
Hadits. Bisa karena sudah dicemari oleh paham Yahudi, Nasrani, Majusi,
Yunani, Hindu, Cina, dan lain-lain. Karena talbis, sinkretisme. Paham
ini bisa masuk, menyelundup ke dalam Islam melalui kaum Munafik, yaitu
kaum kafir (Yahudi, Nasrani, Majusi) yang tampil sebagai orang Islam.
Bisa pula dipungut secara aktif oleh orang Islam sendiri dari filsafat
Yunani, Hindu, Cina, dan lain.lain.

Perpecahan, perbedaan paham bisa direduksi diminimalisir dengan
membuang seluruh paham yang telah mencemari ajaran Quran dan Hadits.

Di dalam politik, pemerintahan, kenegaraan, kepemimpinan, yang
mula-mula muncul adalah paham Khawarij, kemudian muncul paham Syi’ah.
Khawarij lebih dulu memberontak kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib,
kemudian baru berusaha mencari alsan begi pembenaran pemberontakannya.
Sedangkan Syi’ah, pahamnya yang lebih dulu terbentuk, kemudian baru
mulai mengadakan pemberontakan (4).
Jadi Khawarij, lebih dulu melancarkan aksi pemberontakannya, kemudian
baru menyusun teori bagi pembenaran aksinya. Menurut teorinya,
kepemimpinan seorang imam, amir, khalifah batal, kalau kebijakannya
mengacu kepada ijtihad, pendapat orang, bukan langsung mengacu pada
Qur:an.
Sedaangkan Syi’ah lebih dulu menyusun teori imamahnya, barulah
kemudian melakukan aksi sesuai teori imamahnya. Menurut teori
imamahnya, yang berhak memegang kendali pemerintahan setelah
Rasulullah wafat adalah Ali bin Abi Thalib.
Baik Khawarij, maupun Syi’ah menyusun teori, pahamnya berdasarkan
interpretasinya masing-masing terhadap Qur:an.

Di dalam akidah, kepercayaan muncul paham Qadariah, Jabariah,
Asy’ariah, Maturidiah, dan lain-lain. Masing-masingnya menyusun
teorinya berdasar pemahaman, interpretasinya pada Qur:an dan Hadis
(5).

Di dalam ibadah, fikih muncul paham Hanafiah, Malikiah, Syafi’iah,
Hanabilah, Zhahiriah, dan lain-lain. Masing-masing juga menyusun
teori, paham, mazdhab dan metodenya berdasar interpretasinya pada
Qur:an dan Hadis.

Di dalam tasauf juga muncul berbagai macam paham, seperti
Naqsyqabandiah, Qadiriah, Samaniah, Syatariah, Tijaniah yang menurut
Mohammad Natsir lebih bertolak pada rasa dan intuisi katimbang
interpretasi, pemahaman akan Kitabullah dan Sunnah Rasul (6).
Interpretasinya lebih cenderung pada signal, isyarat.

Ibnu Khaldun dalam “Muqaddamah”-nya menyebutkan bahwa ketika
orang-orang sudah mulai cenderung dan terlena dengan urusan duniawi
pada abd ke dua hijrah dan sesudahnya, maka muncullah sebagian orang
yang khusus beribadah saja yang dikenal dengan nama sufi (Abdul Qadir
Isa : “Hakekat Tasawwuf”, Qisthi Press, Jakarta, 2005, hal 10).

Haji Khalifah dalam “Kasyf azh-Zhannun” menyebutkan bahwa orang yang
pertama kali dikenal dengan sufi adalah Abu hasyim ash-Shufi (w150)
(Idem, hal 11).

Doktor Kamil Musthafa dalam kitabnya “Ash-Shilah baina at-Tashawuf
wat Tasyri” (Kaitan anytara Tasawul dan Aliran Syi’ah) bahwa orang
yang pertama dijuluki dengan sebutah shufi di dalam Islam adalah Jabin
bin Hayyan (ahli filsafat dan kimia), Abu Hasyim al Kufi (pembangun
padepokan shufiyah di Ramlah) dan Abduk as-Shufi (campuran syi’ah dan
shufiyah).

Dalam khazanah sufi terdapat terminolgi Hulul, Ittihad, Wihdatul
Wujud. Hulul adalaha paham yang beri’tiqad, meyakini bahwa Allah,
berada, bersemayam di setiap bagian bumi, di lautan, di pegununga, di
bukit, di pepohonan, pada manusai, pada hwan. Ittihad adalah paaham
yang beri’tiqad, meyakini bahwa Khaliq (Allah) bersatu (manunggal)
dengan makhluq (manusia). Sihdatul Wujud adalah paham yang beri’tiqad
bahwa wujud (ada) hanyalah satu, tidak berbilang. Tak ada yang wujud
(ada) kecuali Allah swt. Sedangkan yang maujud (yang diadakan) boleh
berbilang.Adanya (maujud) alam adalah karena adanya wujud (ada) yang
wajib berdiri sendiri. (Dalam “Madarijus Salikin” Ibnu Qayyim terdapat
pembahasan “Wujud” tanpa “Wihdatul”).

Pimpinan Yayasan Al-Qalam, Pasar Rumput, Jakarta Selatan (M Amin
Djamaluddin ?) menyebutkan bahwa inti sari ajaran Ibnu Arabi (tokoh
Tasawwuf Falsafi) didasarkan atas teori/paham Wihdatul Wujud yang
menghasilkan teori/paham Wihdatul Adyan (Kesatuan Agama) sebagai hasil
dari gabungan teori/paham Al-Ittihad (Manunggal) dan mengadakan
Al-Ittishal (Emanasi, nyambung, tasalsul ath-thuruq ?) (“Siapa Ibnu
Arabi ? Tanggapan atas pernyataan Dr Nurcholish Madjid”).

‘Abdul Qadir Isa dalam bukunya “Hakekat Tasawuf” menyatakan bahwa
sebutan/predikat Hulul dan Ittihad itu adalah tuduhan bohong yang
dilontarkan oleh orang-orang yang menentang kaum sufi bahwa kaum susfi
meyakini Hulul dan Ittihad. Kaum sufi bebas dari tuduhan bohong itu.
Tidak mungkin kaum sufi yang mengamalkan islam, iman dan ihsan akan
terjerumus pada paham sesat tersebut.

SA al-Hamdany memandang, bahwa Tasawuf itu adalah merupakan campuran
dari ajaran-ajaran Brahma, Budha, falsafah Yunani, kepadrian kaum
Nasrani dan ajaran baru Plato. Karenanya Tashawuf bukanlah dari Islam
dan islam sendiri suci/bersih daripadanya” (“Sanggahan terhadap
Tashawuf & Ahli Sufi”, Al-Ma’arif, Bandung, 1986, hal 15, 33)
(Aqidah/keimanan, Ibadah/keislaman, Akhlaq/keihsanan Sufi menyimpang
dari Aqidah/keimanan, Ibadah/keislaman, Akhlaq/keihsanan Islam ?).
Hulul, Itihad dan Wihdatul Wujud tidak terdapat dalam Islam (idem, hal
17).
Abdul Qadir Isa dalam bukunya “Hakekat Tasawuf” mengemukkan bahwa dari
data historis dapat disimpulkan bahwa Tasawuf bukanlah sesuatu yang
baru dalm Islam. Dasar dari ajran Tasawuf diserap dari sejarah dan
peri kehidupan Rasulullah dan para shahabatnya. Mengacu pada hadits
yang menjelaskan Rukun Iman, Rukun Islam dan Rukun Ihsan.

Abul A’la al-Maududi menyebutkan bahwa ia adalah penantang tasawwuf
yang selalu digembar-gemborkan oleh mereka yang hatinya berselubung
tasawwuf yang menampakkan salah satu cermin/maqam “ihsan”, Pemakaian
symbol/lambing tasawuf dan istilah/terminology, pemilihan ungkapan
bahsa dan uslubnya serta penetapan metoda/kaifiat thariqat sufi perlu
untuk dihindari (“Sejarah Pembaruan dan Pembangunan Kembali Alam
Pikiran Agama”, Bina Ilmu, Surabaya, 1984, hal 111).

Madzhab shufiyah dan madzhaf syi’ah dipandang sebagai saudara sepupu
yang berasal/muncul dari sumber yang sama dan yang saling berdekatan
dan memiliki tujuan yang mirip sama. Dua kelompok ini bersekutu, mirip
dalam akidah secara umum dan juga mirip dalam syari’at yang
diterapkan.

Syahrastani (479-584H) mengarang “AlMilal wan Nihal” yang menerangkan
berbagai paham agama dan aliran-aliran kepercayaan samapai masa
hidupnya (7). Syahrastani menyebut empat golonga besar, yaitu
Qadariah, Shifatiah, Khawarij dan Syi’ah (8).

Berdasar dalal zhanni, bukan dalil qath’I, Ibnul Jauzi (wafat 597H)
melihat ada enam golongan pokok yang masing-masing terpecah menjadi
dua belas golongan, sehingga seluruhnya berjumlah tujuh puluh dua
golongan. Keenam golongan pokok itu ialah : Haruriah, Qadariah,
Jahmiah, Murjiah, Rafidhah, Jabariah (9).

Muhammad Ahmad Abu Zahrah dalam bukunya “Al-Madzahib al-Islamiyah”
(Madzhab-madzhab dalam Islam) membicarakan aliran-aliran politik dan
aliran-aliran kepercayaan dalam Islam, antara lain : Syi’ah, Khawarij,
Murjiah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, maturidiyah, Salafiyah, Bahaiyah,
Qadianiyah.

Dalam Sahih Bukhari pada “Kitab alFitan” terdapat hadis-hadis tentang
tanda-tanda hari kiamat (10) dan sifat-sifat dajjal (11).

Dalam Sahih Bukhari pada “Kitab alIman” terdapat hadis tentang
testing, pengujian untuk membedakan antara Nabi dan yang bukan,
menurut versi Heraklius (Herkules ?).

MUI Pusat merinci sepuluh kriteria untuk membedakan paham aliran
yang sesat dan yang bukan sesat (12).

Di Indonesia kini marak muncul paham aliran baru. Masing-masing
menyusun teori berdasar interpretasinya terhadap Qur:an untuk
pembenaran pahamnya.

HM Amin Djamaluddin, Hartono Ahmad Jaiz dengan LPPInya (Lembaga
Penelitian dan Pengkajian Islam) aktif menyoroti, mengkaji, menggugat
paham aliran sesat.

Ahmadiah, alQadiyah menggunakan hadis tentang turunnya Nabi Isa,
turunnya Imam Mahdi, dan ayat Qur:an tentang naaiknya Nabi Isa (QS
3:55) menurut interpretasinya dalam menyusun teorinya, bahwa
kedatangan alMasuh alMau’ud itu sudah disebutkan dalam Kitab Suci
terdahulu, dan dialah alMasih alMau’ud itu (al masih adDajjal).

Syi’ah menggunakan hadis tentaang turunnya Imam Mahdi, serta
mengarang-ngarang tentang kesuperan Ali bin Abi Thalib dalam
mengembangkan teori imamahnya.

Inkarus Sunnah, alQur:an Suci menggunakan interpretasinya terhadap
Qur:an dalam menyusun teori, pahamnya.

Hidup Dibalik Hidup (HDH) mengingkari bahwa Nabi Muhammad saw
dikurniai Allah wewenang untuk mengajukan syafa’at bagi ummatnya nanti
pada hari Hisab.

Islam Jama’ah juga menggunakan interpretasinya terhadap Qur:an dan
Hadis dalam menyusun teori, paham manqulnya.

Mahaesa Kurung alMukarramah juga menggunakan interpretasinya terhadap
Qur:an dan Hadis dalam menyusun, mendukung teori, paham spiritualnya.
Ia punya website, situs sendiri.

Wahidiah juga menyusun teori, paham spiritualnya menggunakan
interpretasinya terhadap Qur:an dan Hadis. Menurut teorinya, olah
batin (spiritual) itu mengacu dan mengikuti ungkapan, slogan, semboyan
“Lillah-Billah, LirRasul-BirRasul, LilGhauts-BilGhauts”. Tunduk,
patuh, setia pada alGhauts, karena ia punya wewenang memberikan
syafa’at (13). Wahidiah juga punya situs sendiri.

Simak antara lain dalam :

1. “Muwaththa’” Imam Malik.
2. “Manhaj alFirqah an Najiah” oleh Muhammad bin Jamil Zinu.
3. PANJI MASYARAKAT, No.498, 21 Maret 1986, “Tentang sabda Nabi saw :
Umatku akan pecah 73 golongan” oleh Muhammad Baqir.
4. “Sejarah dan Kebudayaan Islam” oleh Prof Dr A Syalabi, jilid II, 1982:308.
5. “Pedoman Pokok dalam Kehidupan Keagamaan Berdasarkan Ahlus Sunnah
wal Jama’ah” oleh KH Tb M Amin Abdullah alBantani, 1984.
6. “Sanggahan terhadap Tasauf dan Ahli Sufi” oleh SA alHamdany, 1982.
7. “Ulama Syafi’I” oleh KH Sirajuddin Abbas, 1975:157-162.
8. “AlMilal wan Nihal” oleh Syahrastani.
9. “Godaan Sytan” oleh Md Ali alHamidy, 1984:128-136.
10. “Jalan Menuju Iman” oleh Abdul Madjid azZaidan.
11. “Tafsir alAzhar” oleh Prof Dr Hamka, juzuk IX, 1982:191-197, re
ayat QS 7:187.
12. RAKYAT MERDEKA, Rabu, 7 November, 2007.
13. “Pedoman Pembinaan Wanita Wahidiyah” oleh Penyiaran Shalawat
Wahidiyah Kedunglo, Kediri, Jatim.
14. “Sanggahan terhadap Tasauf”, 1982:20-23.

catatan serbaneka asrir pasir

Pegang eratlah Islam

Khalifah Abubakar Siddiq ra pernah memperingatkan umat Islam bahwa
suatu masa nanti umat Islam akan berada di persimpangan jalan
(maghraqi mahajjah), dibawah penguasa kejam (tiran), umat
terpecah-belah, darah mudah tertumpah. Pada masa itu umat Islam
hatruslah kembali menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas jama’ah,
kembali menjadikan Quran sebagai sumper petunjuk, melakukan
konsolidasi (Simak M Natsir : “Fiqud dakwah”, amadhani, Semarang,
1984, hal 88-89; Risalah Da’wah AL-MUNAWWARAH, Tanah Abang, Djakrta,
“Masjid, Quran dan Disiplin”, oleh Mohd Natsir; Usman Abd Kadir
Mukarram : Fungsi Masjid Sebagai Pembinaan Ummat”, AL-MUSLIMUN,
Bangil, No.202, Thn.XVII(33), Januari 1987, hal 27-28).

Rasulullah saw memperingatkan bahwa suatu masa nanti umat Islam akan
mengalami situasi dimana umat Islam tidak diperintah sesuai dengan
sunnah Rasulullah saw. Pada masa itu umat Islam haruslah kembali
berada dalamjama’ah kaum Muslimin beserta pimpinannya. Jika tak ada
ada jama’ah kaum Muslimin beserta pimpinannya, maka bersabarlah.
Lakukanlah dan tunaikanlah kewajiban dan mohonlah hak yang menjadi
bagian kepada Allah (Simak HR Bukhari, Muslim dalam “Al-Lukluk
wal-Marjan”, pasal “Anjuran Supaya Tetap Dalam Jama’ah Kaum Muslimin”,
Anjuran Sabar Ketika Menghadapi Pemerintah Zhalim”, “Wajib Taat Kepada
Pimpinan Selama Bukan Maksiat”; “Riadhus Shalihin”, pasal ‘Perintah
Menunaikan Amanah”, “Wajib Ta’at Pada Pemerintah Dalam Hal Yang Bukan
Ma’shiyat”, “Menganjurkan Kebaikan Dan Mencegah Mungkar”).

Menurut formula ilmu politik, bahwa pemimpin itu menurut keadaan
rakyatnya (Dr Imaduddin Abdurrahim pada tayangan Hikmah Fajar RCTI
tanggal 21 Juni 2001). Sikap pemimpin itu adalah produk terbalik dari
sikap mental rakyat. Bila rakyat bermental bebek, maka penguasa
bermental serigala. Bila rakyat bermental domba, penguasa bermental
serigala.

“Demikianlah Kami angkat sebagian orang-orang yang zhalim menjadi
pemimpin sebagian yang mereka lakukan” (QS 6:129).

(written by sicumpaz@gmail.com at BKS1108261100)

Piagam Madinah

Piagam Madinah
Catatan serbaneka asrir pasir (Asrir Sutanmaradjo)
Piagam Madinah merupakan panduan bagi umat Islam dalam hidup dalam masyarakat majemuk. Piagam tersebut memuat pasal-pasal tentang Hak Asasi Manusia, Persatuan seagama, Persatuan Warganegara, Hak Minoritas, Kewajiban warganegara, Perlindungan Negara, Pimpinan Negara, Politik perdamaian, Pertahanan Negara (Simak w.montgomery Watt : “Muhammad at Medina”, Oxford University Pres, 1956, hal 221-225; Ruben Levy : “The Social Structure of Islam”, 1957, hal 273-275; H Zainan Abidin Ahmad : “Piagam Nabi Muhammad”. Bulan Bintang, Jakarta, 1973, hal 151-162;Muhammad Husain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, Tintamas, Jakarta, 1984, hal 221-225).
Dengan mengacu pada Piagam Madinah maka tak akan ada kekerasan dengan mengatasnamakan agama.
Bekasi 5 Juni 2012 06.15

Pendidikan Budi Pekerti, apa masih diperlukan ?

Indonesia punya BUDI UTAMA (Budi Utomo, didirikan 20 Mei 1908 sebagai organisasi para cendekiawan Jawa yang berjiwa/bercorak Jawa sentris, elitis dan aristokratis).

Indonesia juga punya PENDIDIKAN MORAL PANCASILA (PMP) dan TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA (TPI).

Di samping itu Indonesia memiliki acara PENDIDIKAN BUDI PEKERTI melalui Mimbar Agama dan Mimbar Kepercayaan dalam siaran TVRI.

Masih ada lagi. Indonesia juga punya LEMBAGA PENDIDIKAN MASYARAKAT (LPM),

Harian ibukota 23 Oktober 1995 antara lain menyajikan tentang posisi dan fungsi dari PENDIDIKAN BUDI PEKERTI.

REPUBLIKA, Senin, 8 November 1999, di hlm 16 tampil dengan judul “Budi Pekerti akan Kembali Diajarkan di Sekolah”, berkenaan dengan gagasan Mendiknas Dr H Yahya Muhaimin.

BUDI LUHUR yang AMAT IKHLAS sudah hampir tak dikenal lagi. Demikian tutur Satya Graha hurip dalam “surat Undangan”nya.

Masyarakat saban waktu dihadapkan pada kecenderungan demoralisasi, kebringasan sosial, pemerkosaan, penjambretan, korupsi, kolusi, monopoli, perampokan, pembunuhan, tindakan kekerasan (violance), tontonan-bacaan-hiburan yang non-edukatif, dan lain-lain tindak kesadisan dan kebrutalan.

Pembantaian keluarga Herbin dan keluarga Rohadi, serta perkosaan dan perampokan terhadap keluarga Acan merupakan sebagian contoh kebringasan, kesadisan dan kebrutalan (sosial ?).

Munculnya kesan kecenderungan meluntur/meluncurnya kejujuran.

Masyarakat tanpa disadari cenderung digiring ke arah “kurang percaya diri”.

Sistim pendidikan lebih berorientasi pada IPTEK untuk menyiapkan sarana bagi peningkatan kekayaan konglomerat.

Untuk membentuk masyarakat yang memiliki BUDI PEKERTI diperlukan kesadaran dan keterlibatan berbagai pihak sebagai panutan (tuntunan dan tontonan), baik dari kalangan dunia pendidikan (formal maupun informal), penerangan (koran, radio, televisi, film), sosial budaya (olahraga, kesenian, kepariwisataan), hukum (kepolisian, kejaksaan, pengadilan, kehakiman), politik (kebijaksanaan, peraturan, perundang-undangan), dunia usaha, mode dan lain-lain.

Pendidikan budipekerti untuk membentuk sikap mental yang baik dibutuhkan oleh semua. Baik oleh anak didik (sejak dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai ke tingkat Perguruan Tinggi), pendidik (guru, ustadz, dosen), penceramaha (da’i, muballigh), pegawai, karyawan, perajurit, pejabat (eksekutif, legislatif, yudikatif), pengemis, pemulung, pengamen, hakim, dan lain-lain. Pendeknyaa pendidikan budi pekerti multi dimensi.

Faktor-faktor penyebab munculnya ketimpangan, kecemburuan, kesenjangan sosial secara serius harus disingkirkan sedini mungkin dalam rangka upaya menepis/menangkal munculnya keberingasan sosial dan tindak kekerasan.

Dalam menegakkan hukum secara adil, maka unsur ketimpangan, kesenjangan, kecemburuan sosial tak dapat dikesampingkan dari pertimbangan begitu saja sebagai penyulut timbulnya keberingasan dan tindak kekerasan.

Di Indonesia, Islam adalah agama yang terbanyaak dianut oleh penduduknya. Cendekiawan Muslim ditantang untuk menjabarkan BUDI PEKERTI dalam bentuk konsepsi yang jelas, tegas, lugas, yang mudah dicerna, dipahami, dilaksanakan, yang dapat dijadikan panduan untuk membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkwalitas. (Panduan Metodik/Didaktik Rasulullah Mengantisipasi Dekadensi Moral Ummat). Manusia yang berkwalitas menurut islam adalah yang memiliki BUDI PEKERTI, pembawa rahmat bagi lingkungan sekitarnya, serta lebih positip. Cendekiawan Muslim dituntut menampilkan keteladanan ber BUDI PEKERTI. Dalam hubungan ini ada seruan “Ambil Islam Seluruhnya Atau Tinggalkan Samasekali”, jangan setengah-setengah, jangan sepotong-sepotong.

Moral lokal boleh-boleh saja digunakan sebagai sarana untuk menegakkan BUDI PEKERTI Islam. Dan jangan sebaliknya, yaitu jangan menggunakan BUDI PEKERTI Islam sebagai sarana untuk menegakkan Moral lokal (ALMUSLIMUN, Bangil, No.289, April 1994, hlm 79, KOMPAS, 2/4, 10&20/5, 27/6, 7/8. 23/9, 23/10/95).

Mantan Panglima Divisi Siliwangi Jenderal TNI (Pur) AH Nasution dalam sebuah bagian bukunya yang berjudul “Pembangunan Moral, Inti Pembangunan Nasiona” (hlm 53-54) mengingatkan bahwa sesungguhnya suatu negara berdiri karena BUDI PEKERETI. (Bait madah Syauqi Bey mengungkapkan bahwa “Satu bangsa terkenal ialah lantaran budinya. Kalau budinya telah habis, nama bangsa itu pun hilanglah”. Prof Dr Hamka : “Lembaga Budi”, 1983:3). Nasution menunjuk lima ukuran (keberhasilan) pembangunan menurut agama Islam, yaitu :

# apakah orang yang diatas (pemimpin) memiliki kasih sayang sehingga dia tidak berani makan sebelum rakyatnya makan.

# apakah orang yang memerintah itu menjadi pelayan 9khadam) atau menjadi tuan besar bagi rakyatnya.

# apakah orang-orang-orang berwibawa, orang-orang kaya, orang-orang berilmu itu mencari kesenangan, kemewahan, kepuasan atau pencari pengabdian, pengorbanan dan keridhaan Tuhan.

# apakah par orang-orang di atasan (pemimpin) kian memperbanyak, menumpuk-numpuk kekayaan, tanpa memikirkan nasib mereka yang kian hari kian melarat, lapar dan kekurangan.

# apakah orang-orang jahat dilindungi dan orang-orang teraniaya dibiarkan, (KOMPAS, Senin, 23 Oktober 1995, hlm 11, “Pembangunan Moral Tertinggal”). (Bks 25-9-95)

Kedamaian dan Jaminan dalam Islam

Terdapat hadis yang menyatakan bahwa umat Islam tidak akan pernah tersesat selama ia berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi (1).

Juga terdapat hadis yang menyatakan bahwa setiap bid’ah itu adalah sesat. Apakah arrti dari bid’ah itu? Apakah arti dari sesat, dhalalah itu? Apakah arti dari berpegang pada Qur:an dan Sunnah itu?

Terdapat hadis yang menyatakan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya satu golongan yang selamat (2). Hadis ini masih diperselisihkan tentang kesahihannya, jadi bersifat zhanni (nisbi), bukan qath’I (mutlak) (3).

Di dalam politik, pemerintahan, kenegaraan, kepemimpinan, yang mula-mula muncul adalah paham Khawarij, kemudian muncul paham Syi’ah.

Khawarij lebih dulu memberontak kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian baru berusaha mencari alsan begi pembenaran pemberontakannya.

Sedangkan Syi’ah, pahamnya yang lebih dulu terbentuk, kemudian baru mulai mengadakan pemberontakan (4).

Jadi Khawarij, lebih dulu melancarkan aksi pemberontakannya, kemudian baru menyusun teori bagi pembenaran aksinya. Menurut teorinya, kepemimpinan seorang imam, amir, khalifah batal, kalau kebijakannya mengacu kepada ijtihad, pendapat orang, bukan langsung mengacu pada Qur:an.

Sedaangkan Syi’ah lebih dulu menyusun teori imamahnya, barulah kemudian melakukan aksi sesuai teori imamahnya. Menurut teori imamahnya, yang berhak memegang kendali pemerintahan setelah Rasulullah wafat adalah Ali bin Abi Thalib.

Baik Khawarij, maupun Syi’ah menyusun teori, pahamnya berdasarkan interpretasinya masing-masing terhadap Qur:an.

Di dalam akidah, kepercayaan muncul paham Qadariah, Jabariah, Asy’ariah, Maturidiah, dan lain-lain. Masing-masingnya menyusun teorinya berdasar pemahaman, interpretasinya pada Qur:an dan Hadis (5).

Di dalam ibadah, fikih muncul paham Hanafiah, Malikiah, Syafi’iah, Hanabilah, Zhahiriah, dan lain-lain. Masing-masing juga menyusun teori, paham, mazdhab dan metodenya berdasar interpretasinya pada Qur:an dan Hadis.

Di dalam tasauf juga muncul berbagai macam paham, seperti Naqsyqabandiah, Qadiriah, Samaniah, Syatariah, Tijaniah yang menurut Mohammad Natsir lebih bertolak pada rasa dan intuisi katimbang interpretasi, pemahaman akan Kitabullah dan Sunnah Rasul (6). Interpretasinya lebih cenderung pada signal, isyarat.

Syahrastani (479-584H) mengarang “AlMilal wan Nihal” yang menerangkan berbagai paham agama dan aliran-aliran kepercayaan samapai masa hidupnya (7). Syahrastani menyebut empat golonga besar, yaitu Qadariah, Shifatiah, Khawarij dan Syi’ah (8).

Berdasar dalil zhanni, bukan dalil qath’I, Ibnul Jauzi (wafat 597H) melihat ada enam golongan pokok yang masing-masing terpecah menjadi dua belas golongan, sehingga seluruhnya berjumlah tujuh puluh dua golongan. Keenam golongan pokok itu ialah : Haruriah, Qadariah, Jahmiah, Murjiah, Rafidhah, Jabariah (9).

Dalam Sahih Bukhari pada “Kitab alFitan” terdapat hadis-hadis tentang tanda-tanda hari kiamat (10) dan sifat-sifat dajjal (11).

Dalam Sahih Bukhari pada “Kitab alIman” terdapat hadis tentang testing, pengujian untuk membedakan antara Nabi dan yang bukan, menurut versi Heraklius (Herkules ?).

MUI Pusat merinci sepuluh kriteria untuk membedakan paham aliran yang sesat dan yang bukan sesat (12).

Di Indonesia kini marak muncul paham aliran baru. Masing-masing menyusun teori berdasar interpretasinya terhadap Qur:an untuk pembenaran pahamnya.

HM Amin Djamaluddin, Hartono Ahmad Jaiz dengan LPPInya (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) aktif menyoroti, mengkaji, menggugat paham aliran sesat.

Dalam bukunya “Aliran dan Paham Sesat di Indonesia”, Hartono Ahmad Jaiz mencatat sejumlah aliran sesat di Indonesia, di antaranya Inkarus Sunnah, Isa Bugis, Darul arqam, Lembaga Kerasulan, AzZaytun, Ahmadiyah, Baha:I, LDDII, Syi’ah, Salamullah, dan lain-lain.

Sejak 2001 hingga 2007, menurut BAKORPAKEM (Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan), sedikitnya ada 250 aliran sesat yang berkembang di Indonesia (14).

Ahmadiah, alQadiyah menggunakan hadis tentang turunnya Nabi Isa, turunnya Imam Mahdi, dan ayat Qur:an tentang naaiknya Nabi Isa (QS 3:55) menurut interpretasinya dalam menyusun teorinya, bahwa kedatangan alMasuh alMau’ud itu sudah disebutkan dalam Kitab Suci terdahulu, dan dialah alMasih alMau’ud itu (al masih adDajjal).

Abu Salam alias Ahmad Moshaddeq, pimpinan AlQiyadah AlIslamiyah mengangkat dirinya sebagai Rasul AlMasih AlMau’ud pada tanggal 23 Juli 2006 setelah bertapa di Gunung Bunder, Bogor, Jawa Barat selama 40 hari 40 malam.

Pada 8 November 2007 setelah ditangkap polisi, Ahmad Moshaddeq mencabut pengakuannya sebagai Rasul, dan menyatakan dirinya sebagai Da’i, Muballigh, sebagai, pengemban Risalah, serta mengucapkan “Ana basyarun mitslukum”, tanpa melanjutkan “yuhi ilaiya”.

Syi’ah menggunakan hadis tentaang turunnya Imam Mahdi, serta mengarang-ngarang tentang kesuperan Ali bin Abi Thalib dalam mengembangkan teori imamahnya.

Inkarus Sunnah, alQur:an Suci menggunakan interpretasinya terhadap Qur:an dalam menyusun teori, pahamnya.

Hidup Dibalik Hidup (HDH) mengingkari bahwa Nabi Muhammad saw dikurniai Allah wewenang untuk mengajukan syafa’at bagi ummatnya nanti pada hari Hisab.

Islam Jama’ah juga menggunakan interpretasinya terhadap Qur:an dan Hadis dalam menyusun teori, paham manqulnya.

Mahaesa Kurung alMukarramah juga menggunakan interpretasinya terhadap Qur:an dan Hadis dalam menyusun, mendukung teori, paham spiritualnya. Ia punya website, situs sendiri.

Wahidiah juga menyusun teori, paham spiritualnya menggunakan interpretasinya terhadap Qur:an dan Hadis. Menurut teorinya, olah batin (spiritual) itu mengacu dan mengikuti ungkapan, slogan, semboyan “Lillah-Billah, LirRasul-BirRasul, LilGhauts-BilGhauts”. Tunduk, patuh, setia pada alGhauts, karena ia punya wewenang memberikan syafa’at (13). Wahidiah juga punya situs sendiri.

Simak antara lain dalam :

1. “Muwaththa'” Imam Malik.
2. “Manhaj alFirqah an Najiah” oleh Muhammad bin Jamil Zainu.
3. PANJI MASYARAKAT, No.498, 21 Maret 1986, “Tentang sabda Nabi saw : Umatku akan pecah 73 golongan” oleh Muhammad Baqir.
4. “Sejarah dan Kebudayaan Islam” oleh Prof Dr A Syalabi, jilid II, 1982:308.
5. “Pedoman Pokok dalam Kehidupan Keagamaan Berdasarkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah” oleh KH Tb M Amin Abdullah alBantani, 1984.
6. “Sanggahan terhadap Tasauf dan Ahli Sufi” oleh SA alHamdany, 1982.
7. “Ulama Syafi’I” oleh KH Sirajuddin Abbas, 1975:157-162.
8. “AlMilal wan Nihal” oleh Syahrastani.
9. “Godaan Sytan” oleh Md Ali alHamidy, 1984:128-136.
10. “Jalan Menuju Iman” oleh Abdul Madjid azZaidan.
11. “Tafsir alAzhar” oleh Prof Dr Hamka, juzuk IX, 1982:191-197, re ayat QS 7:187.
12. RAKYAT MERDEKA, Rabu, 7 November, 2007.
13. “Pedoman Pembinaan Wanita Wahidiyah” oleh Penyiaran Shalawat Wahidiyah Kedunglo, Kediri, Jatim.

“Sanggahan terhadap Tasauf”, 1982:20-23.

14 KORAN TEMPO, Senin, 12 November 2007, hal A11, Surat Pembaca.

RAKYAT MERDEKA, Selasa, 13 Noveember 2007, hal 3, Buka Kartu.

(BKS0711060830)

No Responses »

Semangat Status Quo Sabtu, Agt 2 2008

Tak Berkategori asiahafyenti 9:47 amEdit This
Imam kami

Imam kami

Di kalangan kita, semangat status quo sangat kental, sangat dominan. Selalu saja tampil dalam berbagai ujud. Di antara ujud semangat status quo ini berupa keinginan kembali ke UUD-45, keinginan kembali ke jaman orde baru.

Bernostalgia dengan UUD-45, dengan sistim presidensial. Di bawah sistim presidensial dengan UUD-45 stabilitas politik terjamin, gejolak politik terkendali, terpimpin. Pembangunan terlaksana.

Ujud nyata dari semangat kembali ke UUD-45, ke sistim presidensial berpaa Dekrit Presiden Sukarno 5 Juli 1959 yang membubarkan konstituante hasil pemilu yang demokratis, bersah, sah.

Akhir-akhir ini semangat kembali ke UUD-45 (tanpa amandemen) pun sangat deras arusnya. Argumentasinya, amandemen terhadap UUD-45 sudah kebablasan, terlalu berlebihan, over produktif. Semangat status quo bisa saja dikemas dalam berbagai bentuk.

Dari naskah UUD-45 secara eksplisit, secara tersurat, termaktub, bahwa UUD-45 tersebut hanyalah sebagai proposal, sebagai saran acuan, buakn sesuatu yang harus mutlak diterima secara penuh.

Dalam aturan tambahan UUD-45 disebutkan dengan tegas agar “Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan Raakyat dibentuk, Majelis itu bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar”. Bukan untuk mengessahkan UUD-45 tersebut. Tapi karena memang semangatnya semangat status quo, maka dicari-carilah berbagai alas an untuk membenarkannya.

Juga bernostalgia dengan jaman orde baru. Pembangunan terlaksana. Kebebasan bertanggungjawab terujud. Angka pertumbuhan ekonomi meningkat. Pemerintahan stabil. Meskipun sekali lima tahun ada apemilu, namun Presidennya, juga orang-orang Presiden tetap saja berkuasa sepanjang masa orde baru, selama 32 tahun. Pemilu boleh saja terselenggara, namun yang berkuasa tetap saja GOLKAR dengan Soeharto sebagai bigbossnya. Orang-oraangnya boleh saja gonta ganti, tapi selalu dari orangnya GOLKAR.

Mental kita ini sebetulnya bukan mental demokratis, mental horizontal, mental “liberte, egalite, fraternite”. Tapi mental kita ini tetap saja mental otokratis, mental vertikal, mental sumuhun dawuh”.

Sentra Kajian Islam Sinar Surya

No Responses »

Tuhan Tidak Perlu Dibela Sabtu, Agt 2 2008

Tak Berkategori asiahafyenti 9:45 amEdit This
Imam kami

Imam kami

Judul tulisan ini nyontek judul kumpulan tulisan Gus Dur yang semula dimuat di majalah TEMPO. Kunpulan tulisan itu memuat gagasan klasik Gus Dur (yang ditulis selang waktu tahun 1970an hingga 1980an). Ajakan Gus Dur untuk tidak usah membela Tuhan diserukannya pada pertenganan 1982 (KOMPAS MINGGU, Septembert 1999).

Allah, Muhammad, Qur:an, Islam sebenarnya tak memerlukan pembelaan. Allah bisa saja membela, melindungi semuanya tanpa bantuan siapa-siapa. Namun rahman dan rahim Allah menghendaki memberi manusia beban tgas dan kewajiban unuk membelaNya, nabiNya, kitabNya, agamaNya. Menugasi manusia agar mau aktif dinamis, bergerak berjuang melakukan tugas tersebut, menghasilkan kebaikan, berlomba-lomba menghasilkan kebaikan (simak antara lain QS 5:48, 16:93).

Allah sebenarnya bisa saja menciptakan dunia ini seperti surga, aman, tenteram, damai, sentosa, sejahtera. Tapi Allah menghendaki agar manusia itu sendiri aktif bergerak dinamis, kreatif menciptakan keamanan, ketenteraman, kesentosaan, kesejahteraan di dunia ini, bukan bersikap statis, pasif, apaatis. Dunia ini diciptakan Allah untuk perjuangan. Hasilnya nanti dipetik di akhirat.

Allah tak butuh siapa-siapa. Dalam pelajaran sifat duapuluh (sifat Allah swt yang duapuluh) disebutkan bahwa salah satu sifat Allah adalah “berdiri dengan sendirinya”. Salah satu acuannya adalah ayat QS 2:255 yang menyatakan bahwa “Allah tidak merasa berat memelihara keduanya (langit dan bumi)”. Di tempat lain (QS 6:14) dinyatakan bahwa “Dia (Allah) memberi makan dan tidak diberi makan”.

Dengan pikiran, pandangan picik, cetek, dangkal, memang ada ayat-ayat Qur:an yang secara sepintas, secara sekilas seolah-olah Allah itu butuh bantuan yang lain. Ayat QS 2:24, oleh orang-orang yang berpandangan picik, sontok seperti halnya Yahudi Fanhas dipandang bahwa Allah butuh pinjaman (kredit) (Simak asbabun nuzul ayat QS 3:181, 5:64).

Ayat QS 47:7 oleh orang-orang yang berpandangan seperti Fanhas akan dipandang bahwa Allah butuh bantuan, pertolongan, perlindungan, pembelaan. Beban tugas kewajiban untuk membela Allah, nabiNya, kitabNya, agamaNya bukanlah karena Allah tak mampu membelaNya, tapi hanyalah semata-mata karena itulah tugas yang harus diemban agar tampah terlihat nyata siapa yang sebenar-benarnya taat dan patuh kepada Allah dan siapa yang tidak (QS 11:7).

No Responses »

Perbandingan antara mukmin dan kafir (QS 47:1-38) Sabtu, Agt 2 2008

Tak Berkategori asiahafyenti 9:43 amEdit This
Imam kami

Imam kami

Amal perbuatan (baik) orang-orang kafir dan yang menghalangi orang-orang dari jalan Allah (agama Islam) sama sekali tak ada nilai (baik)nya disisi Allah. Sedangkan amal perbuatan (baik) oang-orang mukmin dan yang mengerjakan perbuatan baik serta menerapkan ajaran Qur:an memiliki nilai (baik) disisi Allah. Nilainya berupa dihapuskannya nilai dosa, kesalahan, kejahatan dan diperbaikinya kondisi kehidupannya (QS 47:1-2).

Perbedaan penilaian tersebut disebabkan oleh akrena :

– orang-orang kafir mengikuti yang batil, yang salah, yang keliru.

– Sedangkan orang-orang mukmin mengikuti yang haq, yang benar, yang benar menurut Allah swt (QS 47:3).

Dalam suasana perang fisik orang-orang kafir itu harus ditebas, dibantai, dibabat.Bila orang-orang kafir itu telah mengangkat bendera putih, mengaku kalah, maka penebasan, pembantaian, pembabatan dihentikan. Orang-orang kafir itu ditawan. Dalam suasana damai tak ada lagi penebasan, pembantaian, pembabatan (QS 47:4).

Sebenarnya Allah bisa saja membinasakan, memusnahkan orang-orang kafir itu. Tapi Allah menghendaki orang-orang mukmin yang bergerak dinamis, aktif, kreatif menebas, membantai, membabat orang-orang kafir dalam perang fisik. Allah pun sebenarnya bisa saja mengIslamkan manusia seluruhnya. (simak antara lain QS 5:48, 10:99, 11:118, 16:93, 42:8). Allah menghendaki agar alam semesta ini menyaksikan siapa yang sebenarnya mukmin dan yang bukan. Nilai (baik) amal perbuatan syuhada, orang mukmin yang gugur dalam perang fisik terekam rapi. Mereka dibimbing Allah dan kondisi kehidupan mereka diperbaiki Allah. Mereka dimasukkan Allah ke dalam surganya Allah swt (QS 47:4-6).

No Responses »

Sasaran Pendidikan Qur:an Sabtu, Agt 2 2008

Tak Berkategori asiahafyenti 9:39 amEdit This
Imam kami

Imam kami

Pendidikan Qur:an (Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Menjadi Umat Unggulan) :

– Pendidikan IMTAQ, I’tiqadi, Akidah, Keyakinan, Keimanan, Ketakwaan, Iman pada Allah dan Iman pada Hari Akhirat KeMahaEsaan Allah, KeMahaKuasaan Allah, KeMahaCermatan Allah, KeMahakasihan Allah, KeMahaSayangan Allah, KeMahaSantunan Allah, KeMahaSabaran Allah, KeMahaKekalan Allah, KeMahaBijakan Allah, KeMahaAdilan Allah, KeMahaAgungan Allah, KeMahaBenaran Allah), Dalil-dalil KeMahaKuasaan Allah dalam Kosmologi, Antropologi, Botani, Zoologi, Kedaulatan Hukum, Seruam untuk menjadi hamba, budah Allah, tidak mempersekutukan Allah.
– Pendidikan Ruhi, Spiritual.
– Pendidikan Fikri, Intelegensi.
– Pendidikan Moral, Akhlaqi, Budipekerti.
– Pendidikan Suluki, Perilaku.
– Pendidikan Syu’uri, Emosional.
– Pendidikan Tsaqafi, Kesenian, Kebudayaan..
– Pendidikan Ibadah (Shalat, Shaum, Zakatm Haji).
– Pendidikan Munakahah, Bekeluarga, Kerumahtangga, Menikah, Tidak melacur, Berbakti kepada ibu bapa, Tidak mendurhakainya, Tidak menganiaya yatim,
– Pendideikan Mu’amalah, Iqtishadi, Ketataniagaan, Berbisnis, Berekonomi, Berindustri, Menyempurnakan janji, Tidak mengkhianatinya, Menyempurnakan ukuran,
– Pendidikan Jina:I, Hukum, Perundang-Undangan, Tidak membunuh orang, Adil, Tidak berbuat aniaya.
– Pendidikan Ijtima’I, Keorganisasian, Ketatanegaraan, Kemasyarakatan, Peduli kepada sesame, Tidak cuek kepada sesama,
– Pendidikan Siasi, Kepemimpinan, Ketatanegaraan. Berpemerintahan.
– Pendidikan ‘Askari, Kemiliteran, Keolahragaan, Bela Negara
– Pendidikan Ketrampilan.

Muslim meriwayatkan dari Mu’awiyah bin alHakam as Sulam ra, bahwa ia belum pernah melihat guru (mu’allim) yang sebaik Rasulullah saw (dalam “Riadhus Shalihin” Imam Nawawi, pasala “Nasehat dan Hemat dalam Nasehat’).

(BKS0711191000)

No Responses »

Tuntunan hidup Sabtu, Agt 2 2008

Tak Berkategori asiahafyenti 9:37 amEdit This
Imam kami

Imam kami

AlQur:an memuat tuntunan hidup bagi manusia. Jabaran rinciannya terdapat dalam Hadis. Tuntunan hokum (wajib, sunat, mubah, makruh, haram) terdapat antara lain dalam Sunan Abi Daud, Daraquthni, Sunan Kubra Baihaqi, AlImam Ibnu Daqiqil “Aid, Muntaqal Akbar alHirani, Bulughul Maram al’Asqalani, Umdatl Ahkam alMaqdisi, AlMuharrar Ibnu Qudamah.

Tuntunan Aklak (Targhib wa Tarhib) terdapat antara lain dalam aTarghib wat Tarhib alMundzir, Riyadus Shalihin Imam Nawawi. Dalam tuntunan Aklak ini juga terdapat sekaligus tuntnan Hukum.

Tuntunan/pengarahan Islam dalam hal pengabdian diri kepada Allah penguasa semesta (tuntunan prakts) :

Tentang keadilan/keakiman/kedaulatan :
Di sektor pemerintahan, kenegaraan : Terhadap pejabat, pemerintah, penguasa, ulil amri, atasan, rakyat, umum, masyarakat, umat, khalayak, pegawai, bawahan.
Di sektor peradilan, keakiman. Terhadap hakim, qadi, saksi, penuntut, pembela, pengacara, terdakwa, terpidana, pesakitan.

Tentang keamaan/ketertiban :
Di sector keamanan, ketertiban. Terhadap tentara, polisi.

Tentang kemakmuran/kesejahteraan/kependudukan :
Di sector perusahaan, perniagaan, perdagangan, angkutan, pertanggungan. Terhadap penjual, salesman, makelar, pembeli, pemakai, konsusmen, pemakai jasa.
Di sector perburuhan, pertukangan, perindustrian, kerajinan. Terhadap penguasah, majikan, buruh, karyawan, tukang, teknisi, pengrajin.
Di sector perkebnan, pertanian, peternakan, perikanan. Terhadap pemilik, penggarap.

Tentang keluarga :
Di sector kemasyarakatan, kekeluargaan, pergaulan. Terhadap suami isteri, sanak keluarga, famili, teangga, teman kerabat.
Di sector kesejahteraan, emakmuran. Terhadap hartawan, jembel, dhuafa.
Di sector pendidikan, keguruan. Terhadap ilmuwan, intelektual, guru, alim, ulama, da’I, katib, muballigh, penceramah, ustadz, kiahi, awam, murid, siswa, pelajar, mutaallim, penuntut ilmu, pendengar, mustamik, audiens.
Di sector peradaban, kebudaaan.

(BKS0801071530)

No Responses »

Budak kebebasan Sabtu, Agt 2 2008

Tak Berkategori asiahafyenti 9:35 amEdit This
Imam kami

Imam kami

Manusia masa kini adalah budak kebebasan. Setiap waktu menginginkan jadi budak kebebasan. Pesta pora – pesta pora adalah pintu mask menjadi budak kebebasan, tempat melampiaskan hasrat kebebasan hewani.

Budak kebebasan menginginkan bebas tapa batas. Tanpa terikat dengan apa pun. Berbuat semaunya. Berbusana setengah telanjang, bahkan teanjang bulat. Berbusana semini-mninya, serba terbuka, mengkerut dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, terbuka dada, punggung. Menyani berjingkrak-jingkrak histeris, merentak-rentak, meronta-ronta. Menenggak, mengkomsumsi miras, narkotik. Mabuk-mabukan. Kumpul kebo. Bercumbu, berciuman, berpelkan dengan sembarang orang di sembarang tempat. Berhubungan intim/sanggama dengan siapa pun dan di mana pun, dengan cara baggaimana pun. Melakukan beragai tindakan kemunkaran, kemaksatan, keonaran, perkosaan, pelacuran, pembunuhan, pembantaian, perjuadian, penjarahan, perampokan, penganiaayaan, penipuan, pemalsuan, korupsi, manipulasi, intmidasi, provokasi, dan lai-lain.

Manusia sebaga manusia hendaknya menjadi mausia seutuhnya. Manusia yang mausiawi, bukan yang hewani. Tidak setengah-setengah. Setengah manusia, setengah binatang. Menjauhi, menyingkiri segala media (gambar, foto, informasi), sarana (hiburan, rekreasi), busana (setengah bugil, bugil total) yang merangsang nafsu birahi binatang. Menghindari prilaku seksual binatang, apalagi yang lebih binatang dari binatang (freesex, homo, lexbi, bisex, gay). Menjadi manusia yang sehat (bio-psiko-sosio-spsiritual), yang mengindahkan rambu, norma-norma etika, moral universal. Memilki rasa malu. Malu berbuat yang tercela sekecil apapun.

Setiap prang haruslah menyadari bahwa “tidak ada kebebasan mutlak bagi manusia di mana pun dalam kehidupan di tengah masyarakat. Yang ada hanyalah kebebasan nisbi yang terbatas dan sementara, sepanjang tidak mengganggu orang lain dan tidak bertentangan dengan agama dan ajaran-ajarannya. Jalan satu-satunya untuk mendapat kebebasan yang benar-benar mutlak adalah dengan pergi ke suatu tempat yang tidak dihuni oleh manusia barang seorang pun” (Prof Mutawalli asySya’rawi seperti dipertik oleh Muhammad alMusnid dalama bukunya “Dulu Maksiat, Sekarang Tobat”, 1998:14).

(BKS0801010545)

No Responses »

Budak system Sabtu, Agt 2 2008

Tak Berkategori asiahafyenti 9:32 amEdit This
Imam kami

Imam kami

Setiap orang, siapa pun dia adalah budak system. Tunduk pada system. Menuruti, mengikuti maunya system. Baik yang berada pada pusat, maupun pada pinggir system, terikat, terbelenggu dengan system. Tak seorang pun yang bisa bebas dari perbudakan system, kecuali sejumlah orang ang dapat bimbingan langsng dar Allah, seperti Nabi Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad saw, khalifah mar bin Abdul Aziz.

Sistem tak dapat dirubah oleh orang-orang yang berada pada pusat system, pada pusat kekuasaan, baik secara evolusi, apalagi dengan cara revolusi. Sistem hanya dapat dirubah oleh orang-orang yang berani, tangguh, yang bukan berada pada pusat system, pusat kekuasaan. Perubahan system pun anya dapat dilakukan secara revolusi, bukan secara evolusi.

Simaklah kisah Nabi Ibrahim as yang menantang system kekuasaan Namruz, kisah Nabi Musa as yang menantang system kekuasaan Fir’aun, kisah Nabi Isa as yang menantang system kekuasaan penguasa Romawi, kisah Nabi Muhammad saw yang menantang system tradisi kaum Quraisy, kisah khalifah Umar bin Abdul Aziz yang menantang system tradisi Umayyah.

Kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz hanya berlangsung selama dua tahun setengah. Masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz merupakan lembaran yang gemilang di antara lembar-lembar sejarah Islam. Pendidikan yang diperoleh Umar bin Abdul Aziz pada masa kecilnya berpengaruh besar terhadap sifat-sifatnya yang istimewa dan terpuji. Umar bin Abdul Aziz menantang system kerajaan yang diwariskan Bani Umayyah. Ia baru mau menerima jabatan khalifah setelah ada keridhaan dari rakyat. Ia mencampakkan seluruh cara hidup para raja seperti yang dilakukan oleh keluarga dan nenek moyangnya. Ia pun menembalikan sema harta milik yang diwarisinya dengan cara yang tidak sah menurut syari’at. Juga mengembalkan perhiasan isterinya ke dalam baitul maal. Indaan ini membuat goncangan system kerajaan Bani Umayyah. Sebagai khalifah, ia memikirkan keadaan orang yang miskin, yang lapar, yang sakit, yang terlantar, yang telanjang, yang teraniaya, yang tertindas, yang terlunta-luta, yang tertawan, yang tua renta, yang mempunyai banyak tanggungan, sedangka hartanya sedikit, dan orang-orang seperti mereka di seluruh penjuru bumi. Bahkan sebelum memangku jabatan khalifah pun ia telah pernah menantang kezhaliman dan kesewenang-wenangan penguasa. Ia benar-benar menantang keshaliman, kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh keluarganya Bani Umayyah. Ia benar-benar penaantang system tirani yang berlaku (Prof Dr A Syalabi : Sejarah Kebudayaan Islam”, jilid 2, 1982:101-118; Abul A’la alMaududi : “Khilafah dan Kerajaan”, 1984:242-247).

(BKS0801010515)

No Responses »

Pelecehan Islam Kamis, Jul 31 2008

Tak Berkategori asiahafyenti 10:29 amEdit This
Imam kami

Imam kami

Berulangkali Islam, Qur:an, Nabi Muhammad dilecehkan, dihinakan, dicaci, dimaki baik secara verbal maupun secara aksi-brutal. Namun sayangnya, umat Islam tak pernah kompak memiliki kesamaan pandangan, sikap menghadapi aksi-brutal tersebut. Pelecehan alQur:an oleh Salaibis Amerika Serikat dan sekutunya tak mampu membuat umat Islam kompak menghadapi salibis Internasional. Hanya sebatas protes, unjuk rasa, demonstrasi yang sama sekali tak mampu menghentikan aksi-brutal tersebut.

Di Parlemen Inggris, Gladstone berkata : “Selama alQur:an ada di tangan umat Islam, selama itu pula Barat tidak akan mamp menaklukkan Timur” (“Rencana Barat Mengancurkan Isam”, 18:24).

Di kamp tahanan Guantanamo, Kuba, alQr:an dilemparkan, ditendang, diinjak-injak, dikencingi oleh pasukan militer Amerika Serikat pimpinan George W Bush (METROTV, Minggu, 5 Juni 2006). Pelecehan alQur:an oleh Salibis Amerika Serikat tak mampu mengkompakkan umat Islam menghadang salibis Internasional.

Oknum Polri Peltu T (Dansek 066-833 Cempka Purwakarta) memaksa 6 orang tahanan untuk mengencingi, menginjak-injak alQur:an agar mereka bisa dibebaskan dari tahanan. Mereka dituduh telah menyobek-nyobek tanda gambar GOLKAR (PANJI MASYARAKAT, No.224, 1 Juni 1977, halaman 6).

Di Irak, seorang penembak jitu tentara Amerika Serikat menjadikan alQur:an sebagai sasaran tembaknya pada 26 Mei 2008 (Siaran Berita Pagi Televisi Indonesia, Selasa, 27 Mei 2008). Sayangnya, kekurangajaran pasukan Amerika Serikat ini tak membuat umat Islam Irak kompak bersatu melawan penjajahan Amerika Serikat. Kelompok Suni, Kelompok Syi’ah, Kelompok Pemberontak, Kelompok Pemerintah tetap saja bersengketa antar sesama. Sama sekali seperti tak punya musuh bersama, yaitu Amerika Serikat serta pendukungnya.

Pada tanggal 30 September 2005, harian Denmark JYLLANDS-POSTEN memuat 12 karikatur Nabi Muhammad (SUARA AISYIYAH, No.5, Mei 2008, halaman 13, “Ayat-Ayat Cinta versus Fitna”, oleh Siti Sundar Maharto). Gambar yang direka-reka tentang Nabi Muhammad sebelumnya terdapat dalam buku “Painting in Islam”, terbitan Dover Pubication, tahun 1965, dibawah sub-judul “A Study of the Place of Pictorial Art in Muslim Culture).

Geert Wilders, anggota parlemen Belanda, Ketua Kebebasan meluncurkan sebuah flm Fitna berdurasi 17 menit yang menjelek-jelekkan alQur:an, menyamakan alQur:an dengan “Mein Kampf”nya Adolf Hitler, menuduh alQur:an sebagai buku panduan kekerasan (idem).

Di Indonesia Gus Dur menyatakan : “Tuhan Tidak Perlu Dibela” (KOMPAS, November 1999).

Di Pakistan, India, Tablighi berkata : “Jka pribadi-pribadi telah diperbaiki satu persatu, maka secara otomatis kemunkaran akan hilang” (“Peringatan Penting Terhadap Jama’ah Tabligh”, 1998:30).

Di Timur Tengah Salafi berkata : “Tegakkan daulah Islam di dalam hati kalian, niscaya daulah itu akan tegak sendiri di bumi” (“Rapot Merah AAGym”, 2003:154).

Di Paistan (masa colonial Inggeris Abdl Qaum alGhazali berkata : “Yang kurang ajar kepada Islam harus diselesaikan dengan menancapkan pisau belati ke punggungnya tembus ke dadanya” (“Tafsir AlAzhar”, XVIII, 2001:239).

(BKS0805271445)

No Responses »

Masalah bangsa Kamis, Jul 31 2008

Tak Berkategori asiahafyenti 10:27 amEdit This
Imam kami

Imam kami

Masalah bangsa dan Negara adalah himpunan dari berbagai masalah IPOLEKSOSBUDHAMKAMTIB yang satu sama lainnya saling terkait, terintegrasi. Masalah bangsa dan Negara tidaklah dapat diselesaikan hanya secara parsial, tetapi secara terintegrasi, terpadu menyeluruh. Pada pundak para pemerintah beserta jajarannya di segala bidang, legislative, eksekutif, yudikatif terletak tugas dan tanggungjawab untuk menyelesaikan masalah bangsa dan Negara, sehingga seluruh kekayan Negara-bangsa (sosial-ekonomi-alam) dipergunakan untuk kemakmuran rakyat, untuk mengatasi kemiskinan rakyat banyak.

Misalnya masalah pengangguran saling terkait dengan masalah pendidikan, masalah dana dan prasarana, masalah ksejahteraan rakyat banyak, masalah sumber daya alam (bumi, hutan, lautan), masalah sumber daya manusia, sikap mental masyarakat, pandangn hidup bangsa. Juga saling terkait dengan masalah kejahatan, masalah keamanan, masalah kerusuhhan, masalah penegkkan hukum, masalah keuangan Negara. Masing-masing masalah itu satu sama lain saling terkait (IPOLEKSOSBUDHANKAMTIB).

Para penyelenggara beserta jajaran berkewajiban dan bertanggungjawab mengupayakan menganalisa, merancang, merencanakan, melakukan sistim penyelesaian masalah secara terpadu, terintegrasi. Merumuskan, melaksanakan cara pengelolaan (DBMS) pencekalan penganguran, kemiskinan, kesusahan, keterbelakangan, korupsi secara terpadu dan berbasiskan data bernalisis kuantitatif matematis.

Tokoh-tokoh pengusaha semacam Yusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Fahmi dris dan yang duduk di KADIN, Asosiasi Pengusaha, seyogianaya merintis, mempelopori mendidik, membina, mempekerakan para gelandangan, terlantar, pemlung, pengamen, pengemis, pengangguran, sehingga Indonesia bebas dari pada tuna karya. Aburizal Bakrie, orang terkaya se-Asia Tenggara dengan kekayaan sekitar Rp.84,6 triliun, pemegang saham PT Minarak Lapindo, diminta untuk berupaya mensejahterakan kehidupan rakyat korban aktivitas bisnis Lapindo, sekaligus diminta membangun kampus “kesejahteraan rakyat” di atas Lumpur lapindo (RAYAT MERDEKA, abu, 28 Mei 2008, halaman 9).

Tokoh-tokoh Islam yang duduk di badan eksekutif, legislative, yudikatif seyogianya mendakwahkan sistim politik, hukum, moral, budaya, ekonomi, sosial, militer Islam di kalangan mereka bertugas mewujudkan masyarakat adil makmur sejahtera. Menjelaskan cara Islam menghadapi, mengatasi kesenjangan sosial-ekonomi. Cara memahami fenomena alam dan fenomena sosial serta keterkaitannya satu sama lain. Antara kesalehan dan kemakmuran. Antara dosa dan bencana.

Para pakar seyogianya membaca, membahas, mengupas, menganalisis teori kemakmuran dari Adam Smith, Karl Marx, Maynard Keynes, Forbes Harrod, serta kemudian merumuskan menyusun teori kemakmuran bagi Indonesia. Amien Rais dengan bukunya “Selamatkan Indonesia” mencoba menyampaikan gagasan agar kekayaan alam Indonesia dapat digunakan untuk kesejahteraan, kemakmuran rakyat banyak Indonesia, bukan hanya terbatas untuk kemakmuran segelintir konglomerat dan pejabat.

(BKS0406130630)

Madrasah Pendidikan Rasulullah

Madrasah Pendidikan Rasulullah merupakan Pendidikan Terbuka. Terbuka bagi siapa saja untuk segala usia, untuk segala profesi, untuk segala etnis, untuk segala bangsa, untuk segala ideologi, untuk segala golongan, untuk segala agama, untuk semuanya. “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan” (QS 34:28).

Bisa perorangan, bisa bersama-sama. Bisa privat-individual, bis halakah-klassikal. Bisa di ruang tertutup, bisa di ruang terbuka. Bisa di masjid, bisa di rumah, bisa di sekolah, bisa di jalanan, bisa di pasar, bisa di seminar, bisa di loka karya, bisa di kilang-pabrik, bisa di museum, bisa di simposium, bisa di eksekutif, bisa di legislatif, bisa di yudikatif, bisa di mana saja.

Bisa siang, bisa malam. Bisa pagi, bisa sore, bisa di sembarang waktu.

Metodenya bisa langsung, bisa tak langsung. Bisa langsung dari perkataan dan perbuatan Rasulullah. Bisa melalui shahabat, jur dakwah Rasulullah. Bisa tatap muka. Bisa lewat berita. Bisa dengan hikmah, bisa dengan mau’izhah, bisa dengan mujadalah. “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (QS 16:125). Bisa dengan berita gembira, bisa dengan ancaman duka. “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya seagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan” (QS 25:56). Bisa dengan dialog, dengan diskusi, dengan perincangan, dengan meransang, menggugah daya nalar, mengaktifkan daya kritis.

Secara bertahap. Mulai dari yang pokok kepada yang cabang. dari yang ushul kepada yang furu’. dari yang umum kepada yang rinci. dari yang konkrit kepada yang abstrak. dari yang sederhanan kepada yang kompleks. Dari yang mudah kepada yang susah. dari yang sudah diketahui kepada yang belum diketahui. Dengan bahasa yang dimengerti. Yang mengerti politik dengan bahasa politik. Yang mengerti ekonomi dengan bahasa ekonomi. Yang mengerti hukum dengan bahasa hukum. Yang mengerti budaya dengan bahasa budaya. Yang mengerti teknik dengan bahasa teknik. Yang mengerti medis dengan bahasa medis. ‘kami diperintah, supaya berbicara kepada manusia menurut kadar kecerdasan akal mereka masing-masing” (HR Muslim). AlQur:an/Islam diajarkan menurut bahasa/sistimatika yang dipahami oleh yang diajari.

Namun materinya hanya mengenai maslah akhlak, akhlak kepada Khalik, akhlak sesama makhluk. “aku diutus untuk menyempurnakan kesopanan perangai yang mulia” (HR Ahmad). Ada lafal matannya “Makarimal akhlaq”. Ada “Shalihal akhlaq” (Ibnu Sa’ad, Hakim, Bukhari). Ada “Husnal akhlaq” (Malik). Rasulullah menuntun, membimbing orang peroang dan bersama-sama memiliki akhlak karimah, sikap mental paripurna dalam IPOLEKSOSBUDHANKAMMIL. Pendidikan Rasulullah membuat manusia sehat secara holistik (sehat mental, spiritual, fisik, individual, sosial).

Rasulullah menuntutn, membimbing manusia menjadi pribadi, umat IMTAQ (yang beriman dan bertaqwa), yang memperoleh karunia aman, daman, sentosa, barakh, rahmat, yaitu pribadi, umat, generasi marhamah. Pribadi, ummat, generasi “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”. “Pribadi, umat, generasi islami. Pribadi, umat, generasi ‘ibadurrahman. Pribadi, umat, generasi yang beroleh hasanah di dunia dan di akhirat”. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” (QS 21:107). “Jikalau sekiranya penduduk neeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (QS 7:96). Pribadi, umat, generasi yang beroleh “baldatun thaiyibatun wa rabbun ghabur” (QS 34:15).

Pendidikan Akhlak Karimah memiliki pendidikan spesialisasi. Ada pendidikan Politik. Ada Pendikan Hukum. Ada Pendidikan Ekonomi. Ada Pendidikan Budaya. ada Pendidikan Militer.

Pendidikan Akhlak Karimah mencakup Pendidikan Agama (dalam pengertian sempit), Pendidikan Akhlak (dalam pengertian sempit), Pendidikan Intelektual, Pendidikan Moral, Pendidikan Mental, Pendidikan Spiritual, Pendidikan Sosial, Pendidikan Seni, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Militer, Pendidikan Tehnik, Pendidikan Kejuruan.

Pendidikan Akhlak karimah menuntun, membimbing pribadi, umat, generasi untuk menyadari akan hak-hak dan kewajibannya. Menghargai tanggungjawabnya terhadaap diri, keluarga, masyarakat, umat manusia dan dunia seluruhnya. Menghormati hak-hak dan perasaan orang lain. memiliki perasaan ingin berkhidmat (beramal shaleh) kepada orang banyak. Mencintai sesama manusia dan bekerjassama dengan mereka. memiliki pekerjaan sebagai sumber kehidupan. memiliki kecakapan sosial, ekonomi, dan politik.

Rasulullah adalah Mahaguru, Pendidik Agung. sikap, tingkah Rasulullah bersih dari rasa angkuh, congkak, sombong. Beliau menyadari, bagaimana pun manusia itu adalah manusia, yang satu sa’at bisa saja mengalami masa-masa kritis meskipun di antaranya ada yang selalu dibimbing Allah, seperti kisah Siti Maryam ketika akan melahirkan, dan yang beliau sendiri, dan beliau (Rasulullah) sendiri setelah menerima wahyu pertama. Terhadap yang sombong untuk mematahkan kesombongannya kadang-kadang memang perlu dengan menggunakan senjata sombong untuk menundukkan ketaatan mereka. Terhadap yang suka berlebih-lebihan dalam ibadah seperti menambah-nambah agama dengan ajran bid’ah perlu ditundukkan bahwa kitalah yang mengerti agama.

Secara lahir kadang-kadang ada ucapan yang mungkin dipandang, ditafsirkan sebagai ungkapan rasa angkuh. tapi sama sekali tak punya kesan angkuh. dikisahkan bahwa pernah ada beberapa orang yang bermaksud untuk beribadat lebih dari pada apa yang diajarkan Rasulullah. Untuk meluruskannya Rasulullah mengingatkan bahwa dalam melakukan ketaatan haruslah dalam batas berhemat. rasulullah menegaskan “Demi Allah, saya lebih takut kepada Allah dari kamu, bahkan saya lebih bertaqwa, tetapi saya puasa dan berbuka, shalat dan tidur, juga kawin dengan beberapa orang wanita. Maka siapa yang mengabaikan sunnah kelakuanku, maka ia bukan dari umatku” (Dari terjemah HR Bukhari, Muslim dari Anas alam “Tarjamah Riadhus Shalihin”, jilid I, 1983, hal 1982, hadis 2, Dr Yusuf Qardhawi : “Kerangka Dasar Methoda Pengajaran Rasulullah”, 1994:65). Kesombongan boleh ditangkis dengan kesombongan. Merasa bahwa ajaran Rasulullah perlu ditambah merupakan suatu kesombongan.

Rasulullah tidak memukul, tidak membentak, tidak memaki. Mu’awiyah bin alHakam as Sulamy mengisahkan pengalamannya. Suatu kali ia shalat bersama Rasulullah. Tiba-tiba ada yang bersin. Ibnul Hakam mengucapkan “yarhamukallah”. orang-orang membelalakkan matanya kepada Ibnul Hakam. Ia mengucapkan alangkah kecewa ibuku, mengapa mereka mereka melihat kepadaku demikian? Orang-orang memukulkan tangan di paha agar ia diam. Berkenaan dengan itu, Ibnul Hakam mengungkapkan rasa kagumnya. “Demi ayah bundaku, belum pernah saya melihat guru, baik yang sebelum atau sesudah Rasulullah yang menyamai kebaikan Rasulullah. Beliau tidak membentak, tidak memukul, tidak memaki saya. Rasulullah menjelaskan bahwa sembahyang itu adalah tasbih, takbir dan baca Qur:an” (Dari tarjamah HR Muslim dari Mu’awiyah bin alHakam asSulamy, dalam “Tarjamah Riadhus Shalihin”, jilid I, 1983, hal 563, hadis 3, Dr Yusuf Qardhawi : “Kerangka Dasar Methoda Pengajaran Rasulullah”, 1994:58-59).

Adakalanya di kalangan kita, apakah di taklim, di ceramah agama. di peringatan hari besar Islam, di radio, di televisi yang menjelaskan ajaran agama Islam, misalnya maslah keikhlasan, ketawakalan, kesabaran, yang nadanya terkesan seolah-olah kitalah yang ikhlas, tawakal, sabar, sedangkan yang mendengarkan perlu digurui, ditunjuk, diajari. Ada kesan angkuh, congkak, sombong, bahkan kitalah yang paham agama, yang melaksanakan ibadah dengan ikhlas, yang mampu sabar.

Di depan umum, di depan kelas, dosen, guru tampil dengan penuh kesombongan, sok tahu, pamer paling paham, paling mengerti, serba paling (Hary B Riri’um : “Nyanyian Batanghari”, REPUBLIKA, Rabu, 12 April 2000, hal 14).

Tujuan Pendidikan Rasulullah adalah untuk menuntun, membimbing manusia “kepada jalan Tuhanmu” (QS 16:125), “kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar” (Qs 3:104), “ke surga dan ampunan Allah dengan idzin-Nya” (QS 2:221, 10:25). Manusia itu harus dituntun, dibimbing, dididik menjadi berakhlak karimah, karena antara lain “manusia itu amat zhalim dan amat bodoh” (QS 33:72).

Rasulullah menuntun, membimbing, mendidik manusia agar memiliki motivasi (niat ikhlas) untuk meraih hasanah di dunia dan hasanah di akhirat, terbebas dari siksa neraka (QS 2:201). Keyakinan akan mendapatkan surga dan terbebas dari siksa neraka it menumbuhkan semangat juang, ruh jihad yang luar biasa. tanpa keyakinan itu tak akan tumbuh ruh jihad.

Tujuan Pendidikan Rasulullah bukan hanya sekedar untuk kajian-kajian, rekreasi mental, koleksi ilmu, dan lain-lain, tetapi siap menerima perintah untuk dilaksanakan, diamalkan (Sayid Qutub : “Petunjuk Jalan”, hal 14). Merubah sikap mental tercela, yang berorientasi pada dunia, materi, kepentingan diri sendiri (individual profit oriented), menjadi sikap mental terpuji, yang berorientasi pada akhirat, ilahi, kepentingan bersama (social profit oriented). Sehingga nantinya diharapkan akan merubah peri laku tercela (akhlaq mazhmumah) menjadi perilaku terpuji (akhlaq mahmudah). Dan akhirnya membuahkan amal usaha yang makrufat (amal shalihat), dan menghindari amal usaha yang munkarat (amal saiyat)

Mubahalah

Mubahalah
Catatan serbaneka asrir pasir (Asrir Sutanmaradjo)
Selama hidupnya Rasulullah saw tidak prnah ragu dan bimbang sedikitpun terhadap apa yag dibacakan oleh Tuhan kepadanya. “Apa yang telah Kami ceritakan itu) itulah yang benar, yang dating dari Tuhanmu. Karena itu, janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu” (QS 3:60). Seorang Nabi percaya kepada dirinya sendiri dan kepada wahyu yang diterimanya, dan karena itu ia menghadapi dunia dengan rasa yakin (CA Qadir : “Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam”, 1991, hal 90). “Rasul itu percaya kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya” (QS 2:285). Dia sendiri terlebih dahulu yakin bahwa dia emang Utusan Allah. Dia tidak ragu sedikitpun akan hal itu. Kalau bukan dari sangat yakinnya bahwa dia memang Utusan Tuhan, tidaklah dia akan sudi menderita. Dia sangat percaya bahwa Allah ada, dan dia sangat tekun beribadat kepada Allah yang sangat dipercyainya akan adanya itu. Tidak mungkin penguasa alam itu berbilang. Dia mesti satu, Esa. Ia yakin bahwa petunjuk yang sangat dipercayainya itu, turun dari langit dengan tidak perantaraan. Didengarnyalah suara jiwanya sendiri. Dan semua suara jiwanya diakuinya sebagai kabar Yang Benar dari Tuhan. (Simak Prof Dr Hamka juzuk III, juzuk III, PanjiMas, Jakarta, hal 91; juzuk XI, ManjiMas, Jakrta, hal 136)
Allah memberikan pengarahan kepada Rasul-Nya yant mulia untuk mengakhiri bantahan dan perdebatan dan nengajak mereka ber-mubahalah. “Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah dating ilmu (Yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu. Kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (QS 3:61).
Rasulullah saw mengajak orang-orang yang membantah tentang masalah ini untuk berkumpul di suatu tempat, kemudian semuanya memohon kepada Allah supaya Dia menurunkan laknat-Nya kepada siapa yang berdusta di antara kedua golongan ini. Mereka takut akibatnya dan tidak mau melakukan mubahalah. Menurut beberapa riwayat, mereka tidak juga mau memeluk Islam. Penyebabnya karena mereka masih mencintai kayu-palang (salib) dan minuman keras dan makan daging babi.
( Simak Sayyid Quthub : “Tafsir Fi Zhilallil Qur-an Di Bawah Naungan Al-Qur-an”, jilid 3, Gema Insani Press, Jakarta 2001, hal 117-118; Prof Dr Hamka : “Tafsir Al-Azhar”, juzu III, Ustaka PanjiMas Jakarta, 190-191).
Bekasi, 19 Mei 2012 012.45

Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim

Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim
Catatan serbaneka asrir pasir (Asrir Sutanmaradjo)
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nagsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya” (QS 79:37-41). Yang mempertuhankan Allah tempat tinggalnya di surga. Sedangkan yang memertuhankan selain Allah tempat tinggalnya di neraka.
Ada dua kelompok manusia. Yang pertama yang dikalahan, yang dikuasai dan dihandurkan oleh hawa nafsunya. Ia benar-benar di bawah kendali nafsunya. Yang kedua, yang berhasil memenangkan pertarungan melawan. Nafsunya tunduk dibawah perintahnya.
Pedoman/pandangan hidup dalah Alquran dan sunnah Rasul. Yang bukan berpandangan hidup pada alQuran dan Sunnah Rasul adalah penghuni neraka.
Tujuan hidup adalah mencari ridha Alah swt. Yang tidak mencari ridha Ilahi akan menjadi penghuni neraka.
Tugas hidup adalah untuk beribadah hanya kepada Allah semata. Yang beribadah kepada selain Allah akan menjadi penghuni neraka.
Peran/Fungsi hidup adalah sebagai khalifah Allah swt. Yang memikul amanat bukan sebagai khalifah Allah akan menjadi penghuni neraka.
Kawan hidup adalah yang berjuang karena Allah swt. Yang berteman dengan penantang Allah akan menjadi penghuni neraka.
Lawan hidup adalah syetan, thagut dan pengikutnya. Yang mengambil teman syetan, thagut akan menjadi penghuni neraka.
Alat/bekal hidup adalah segala kenikmatan yang diberikan Allah swt berupa Amwal wal Anfus. Yang mengambil kekayaan untuk menantang Allah akan menjadi penghuni neraka.
Teladan hidup adalah Nabi Muhammad saw. Yang tak mau meneladani Rasulullah akan menjadi penghuni neraka.
(Simak Anwar Anshori Mahdum : “Meluruskan Pandangan Hidup”, Syi’ar Islam, Edisi XXXI November 2010, hal 17; ALMUSLIMUN, No 193, April 1986, hal 41-55, “Konsep Islam Tentang Hidup”, oleh Abul A’a Maududi, alih bahasa Ibnu Salamah”

Bekasi 18 Mei 2012 09.30

Menghadapi teroris

Menghadapi teroris

Berjuanglah sekuat tenaga sesuai amanat QS 8:60, dan susun;lah barisan serapi mungkin sesuai QS 61:4 dalam arena information-war, psywar, ghazwul-fikri, agar orang-orang semacam Yusuf Qardhawi, Musthafa Masyhur, Makmun Hudaini, Hasan Huwaidi, dan lain-lain dapat mendesak PBB bersedia membatalkan ketetapannya, bahwa organisasi-organisasi Islam radikal/fundamentalis adalah teroris, seperti dikategorikan oleh AS dan sekutunya.Ketahuilah bahwa dalam khazanah Fiqih Islam, yang dapat dikategorikan teroris itu adalah kelompok (thaifah, ‘ashabah) “hirabah” yang mengacu pada QS 5:33, yaitu kelompok yang terang-terangan melakukan tindakan makar, tindakan yang melawan hukum allah dan RasulNya, seperti berbuat keonaran, kekacauan, kerusuhan, prahara, huruhara, penjagalan, pembegalan, pembantaian, perampasan, penjarahan, perampokan, perompakan, pembajakan, perkosaan, penyiksaan (Afzalurrahman : “Muhammad Sebagai Pemimpin Militer”, hal 304, terjemahan Anas siddik, terbitan Bumi aksara, jakarta, 1991:304). Kelompok hirabah ini termasuk kedalam Jama’ah Jahiliyah (anarchis), bukan Jama’ah Islamiyah. Berdo’alah agar Allah melindungi dari jadi bulan-bulanan terorisme. “Ya allah. Kami berlindung kepadaMu dari kelemahan (kehinaan), kemalasan, kepenakutan, kepikunan, kekikiran, siksaan kubur, godaan hidup dan mati, kebelit hutang dan dari jadi bulan-bulanan terorisme (ghalabtir rijal) (HR Muslim dari Anas). Tugas kewajiban umat Islam hanya terbatas dalammelaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya dan meninggalkan apa yang dilarang Allah dan RasulNya. Sedangkan urusan tegaknya Syari’at Islam, berdirinya Negara Karunia allah, sepenuhnya semata-mata adalah urusan Allah swt. Jika Allah menghendaki tegaknya Syari’at Islam, berdirinya Negara karunia allah di suatu wilayah, maka Allah akan menampilkan tokoh yang saleh yang mempunyai kewibawaan, kemampuan, kekuatan, kekuasaan menularkan (mentransferkan, mentransformasikan) kesalehan kepada masyarakat-komunitas bangsanya. Jika Allah menghendaki tegaknya Hukum Sekuler, berdirinya Negara Sekuler di suatu wilayah, maka Allah akan menampilkan tokoh yang fasiq yang mempunyai kemampuan, kekuatan, kekuasaan menularkan (mentransfer, mentransformasikan) kefasikannya kepada masyarakat-komunitas bangsanya. “Dan jika Kami (kata Allah) hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta’ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan (berbuat fasik) dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (QS 17:16). “Dan demikianlah Kami (kata allah) jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi teman (pemimpin) bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan” (QS 6:129) . “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada suatu kaum Dia mengangkat orang-orang bijaksana menjadi pemimpin mereka, dan mereka dihakimi oleh ulama mereka dan harta mereka dikuasai oleh orang-orang yang murah hati. Dan apabila Allah menghendaki keburukan pada suatu kaum dia mengangkat orang-orang yang bodoh menjadi pemimpin mereka dan mereka dihakimi oleh orang-orang bodoh, sedangkan harta mereka dikuasai oleh orang-orang yang kikir” (HR Dailamy, dalam Muhammad Zakaria alKandahlawi : “Koreksi Pola Hidup Umat Islam”, 1986:54-55). Untuk dapayt berlakunya hukum allah sebagai hukum positif di tengah masyarakat butuh adanya suatu kekuasaan pelaksana. Karena itu perlu ada usaha, upaya untuk memperoleh kekuasaan itu. Man possessos God disposes (QS 3:26, 13:26, 16:71). Pada allah semuanya bergantung. Allah yang menentukan, memprogram semuanya. Hidup matinya. Sukses gagalnya. Jaya hancurnya. Reformasi yang terjadi belakangan ini, semata-mata digerakkan oleh Allah, tanpa campur tangan manusia. Tak seorang pun, tak satu pun kelompok yang menggerakkan reformasi. Allah itu sebagai Causa Prima. Bangkitnya Islam pun di Tanah Arab bukanlah atas usaha dan upaya dari sisa-sisa pengikut ajaran nabi Ibrahim, tetapi semata-mata atas anugerah Allah yang telah menghadirkan RasulNya Muhammad saw sebagai penggerak pertama di sana (Dr Musthafa asSiba’I : “Sari Sejarah Danb Perjuangan Rasulullah saw”, 1983:30, Dr Muhammad Said Ramadhan alButhy : “Sirah Nabawiyah”, I, 1992:45-46). Umar bin Abdul Aziz berubah dari pemuda glamour, foya-foya, plesiran menjadi manusia zuhud (bukan hamba harta-dunia), bukanlah atas usaha keluarga, masyarakat, lingkungananya, tetapi semata-mata anugerah Allah. Sa’at ini umat Islam sedunia belum punya seorang sosok yang saleh yang mempunyai kemampuan, kekuatan, kekuasaan menularkan *mentransferkan, mentransformasikan) kesalehannya kepada komunitas-masyarakatnya. Sosok itu – menurut versi Abul A’la alMaududi – memiliki pengetahuan yang luas tentang masalah-masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, memiliki pemikiran politik yang cemerlang, memiliki kemahiran dalam strategi militer, mencakup cendekiawan, negarawan, ahli strategi ulung (“Sejarah Pembaruan Dan Pembangunan Kembali Alam pikiran Agama”, 1984:59). Dari hasil temuan/penyelidikan tim investigasi di lapangan (yang diberitakan media cetak dan elektronika), tampaknya tuduhan sebagai pelaku tragedi Bali 12 Oktober 2002 mengarah pada kalangan Islam. Sedangkan korbannya adalah sebagian besar warga negara asing non-Muslim sedang melakukan kegiatan munkar di lokasi munkar. Tindakan pelaku tersebut bisa dimasukkan ke dalam jarimah hirabah yang mengacu pada QS 5:33 yang diancam dengan hukum dibunuh, atau disalib, atau potong tangan dan kaki berselang-seling, atau dibuang. Bisa pula dimasukkanb kedalam kelompok “antara kamu dan antara mereka ada perjanajian” yang mengacu pada QS 4:92 yang diancam dengan hukuman menyerahkan diat kepada keluarga korban dan memerdekan budak mukmin. Dan bisa pula dimasukkan kedalam tindakan keliru (salah ijtihad) seperti yang dilakukan oleh Khalid bin al Walid yang memerintahkan bunuh para tawanan perang pada pembebasan Mekkah. Ketika menerima berita kekeliruan Khalid tersebut, Rasulullah berdo’a “Ya Allah. Aku bermohon kepadaMu lepas tangan dari apa yang telah diperbuat oleh Kahlid bin alWalid itu”. Rasulullah segera menugasi Ali bin Abi Thalib membawa harta untuk diserahkan kepada keluarga korban sebagai diat, tebusan darah dari pemerintah (Muhammad Husain Haekal : “Sejarah Hidup Muhammad”, 1984:517). Umat Islam sedunia pasti sangat sedih dan berduka atas tindakan Abdul Aziz dan Amrozi beserta teman-teman dan kawan-kawannya dalam tragedi Bali 12 Oktober 2002, meskipun barangkali menurut ijihadnya mereka berada pada posisi yang benar, melakukan perjuangan suci. Salah tetap saja salah. Perjuangan jihad fisabilillah (yang mengikuti aturan Allah) adalah untuk membela dakwah dan untuk melindungi kemerdekaan/kebebasan penyiaran Islam serta untuk mengukuhkan sendi asas perdamaian, bukan untuk menimbulkan permusuhan dan bukan pula untuk penjajahan (Prof A Hasymy : “nabi Muhammad saw Sebagai Panglima Perang”, 2001:8). Rasulullah dalam perjuangan jihadnya tidaklah bermaksud untuk membunuh musuh sebanyak-banykanya, tetapi untuk menaklukkan, menundukkan manusia kepada jalan kebenaran. Musuh itu adalah objek dakwah (PANJI MASYUARAKAT, No.537, hal 42, dari tulisan Afzalurrahman tentang Muhammad saw dan Konsepsi Jihad). Tenaga potensial Abdul Aziz dan Amrozi serta kawan-kawannya terbuang sia-sia tanpa hasil. Tidak menaikkan citra Islam, malah menaikkan posisi kedudukan para anti Islam. Padahal mereka ini sangat potensial untuk membina, menyiapkan kader pemimpin Islam masa depan. Abul A’la alMaududi berpesan agar mendidik, mencetak dulu tenaga-tenaga untuk memegang jabatan pemerintahan, kemudian barulah didirikan negara yang sesuai dengan kemauan Islam (“Metoda Revolusi Islam”, 1983:34). Seyogianya juga tidak mengunlangi kekeliruan seperti yang pernah dilakukan orang-orang semacam Imran dan kwan-kawan pada kasus pembajakan Woyla.

1

Sang Provokator (Diktator Demokrasi)

Sang Provokator (Diktator Demokrasi)

Dulu, komunis yang dikenal sebagai pabrik isu. Kepiawaian komunis menggarap opini publik tak ada yang menandinginya. Komunis memanfa’atkan setiap isu untuk kepentingannya (Soemarno Diposastro : “Reformasi Jadi Kendaraan Gratis Bagi Komunis”, REPUBLIKA, Rabu, 9 Februari 2000, hal 16, Suplemen Bidik).Kini, kapitalis Barat (dengan George W Bush dan Tonny Blairny) dan sekutunya amat terampil, piawai membuat isu, membangun, menggarap opini publik dunia. Gencar menggarap opini publik, bahwa Israel (dengan Saddam Husseinnya) memproduksi senjata pembunuh massal. Membutakan mata terhadap diri sendiri (siapa yang memusnahkan Hiroshima dan Nagasaki enam puluh tahun yang lalu, apa ada senjata perang yang tak membunuh manusia ?). Merasa diri sebagai negara, bangsa demokrasi, tetapi sikap perilaku menunjukkan perilaku agressor, pola pikir militer, anti demokrasi, semuanya diselesaikan melalui senjata yang membunuh manusia.Gencar menggarap opini publik, bahwa Taliban dan AlQaida (dengan Osama bin Ladinnya) adalah terroris, pelaku serangan terror di Washington dan New York pada 11 Septemer 2001. Namun sudah setahun “Setelah berlalu, Amerika Serikat Belum Mampu Tumpas Taliban”, dan “Hari Ini Bush Akan Putuskan Perang Ke Irak” (MEDIA INDONESIA, Selasa, 8 Oktober 2002, hal 26, Internasional). Merasa diri seagai neara, bangsa maju, beradab, yang berpikir logis-rasional, namun sikap perilakunya menunjukkan sealiknya, yaitu sebagai negara, bangsa orthodoks, konservatif, yang emosional, tak kritis.Gencar menggarap opini publik, bahwa Jama’ah Islamiyah dan Majelis Mujahidin (dengan Abu Bakar Baasyirnya) adalah terroris, anggota jaringan AlQaeda, otak pelaku Tragedi Bali 12 Oktober 2002. Opini ini turut diteriakkan oleh Australia (dengan Howardnya), semata-mata hanya memanfa’atkan pernyataan Menhan matori Abdul Djalil (yang tanpa dasar), tanpa menggunakan akal sehat (tak logis-rasional, tetapi emosional).Ada warga Amerika Serikat, semacam Noam Avram Chomsky yang mengkritik sikap pemerintah Amerika Serikat yang arogan, bertindak seagai agressor, anti demokrasi, tak rasional, emosional, tak kritis. Noam Chomsky tak punya ketrampilan, kepiawaian membangun, menggarap opini publik melawan George W Bush. Inilah keunggulan kapitalis Barat (dengan George Bushnya) dengan jaringannya sebagai Sang Provokator, yaitu kepiawaiannya menggarap opini publik (public opinion management) dalam arenan information war, psy-war, ghazwul fikri, yang kini tak ada yang menandinginya.Mr Bush, Downer, Howard jika memang benar-benar punya bukti kuat, bahwa pelaku Tragedi Bali 12 Oktober 2002 adalah jama’ah Islamiyah, Umat Islam Indonesia, silakan saja bom-mi Indonesia ini, seperti yang pernah dilakukan Amerika Serikat terhadap Jepang (Hiroshima, Nagasaki) enampuluh tahun yang lalu. Tapi jika tak punya bukti kuat, silakan tuan-tuan berhenti mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memojokkan Umat Islam. Shut up your mouth.Secara psikologis, apa sebenarnya faktor intern yang menyebabkan orang bisa menjadi terroris. Dan dari sudut lingkungan, apa sebenarnya faktor ekstern yang mendorong orang menjadi terroris. Jika faktor intern dan faktor ekstern ini dapat diminimalisir, maka dapatlah diharapkan bahwa terroris tak akan pernah ada lagi.

1